8 Cara Mengatasi Kebiasaan Menunda yang Berdampak Buruk

Kamu sadar tidak sih, pandemik COVID-19 membuat kamu cenderung menunda aktivitas?
Tenang, kamu tidak sendiri!
Faktanya, ketika COVID-19 pertama kali muncul, tidak sedikit orang yang kesulitan untuk beradaptasi dengan gaya hidup baru. Mereka yang biasanya bepergian dan berkumpul dengan teman untuk melepas penat tidak dapat melakukan hal itu. Bersekolah, berkuliah, dan bekerja dilakukan secara daring.
Perubahan yang signifikan ini membawa dampak yang negatif untuk kesehatan mental. Stres, kecemasan, dan depresi yang muncul seiring berjalannya waktu dapat meningkatkan risiko penyakit kronis, seperti penyakit jantung, diabetes, dan obesitas. Ketika orang merasa takut, stres, atau depresi, mereka lebih cenderung menunda-nunda tugas yang ada.
Dilansir Mayo Clinic Health System, beberapa bagian dari otak terlibat dalam kebiasaan menunda. Bagian yang dimaksud adalah sistem limbik (paleomammalian cortex), seperangkat struktur otak yang terlibat dalam respons perilaku dan emosional.
Korteks prefrontal (prefrontal cortex) terlibat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Contoh mudahnya, ketika kamu harus memilih antara menonton tayangan favorit di Netflix dan pergi ke rumah sakit, sistem limbikmu bisa saja memilih pilihan pertama, karena menonton Netflix lebih menyenangkan daripada kunjungan ke rumah sakit. Akhirnya, kamu malah memilih untuk menunda kunjungan tersebut. Alhasil, kamu mulai berpikir bahwa mengunjungi rumah sakit adalah aktivitas yang "ribet".
Sekarang, coba kita kaitkan dengan pandemik COVID-19. Aktivitas yang sebelumnya kamu anggap "ribet" akan semakin ruwet. Jika kamu cemas karena harus meninggalkan rumah di tengah wabah, besar kemungkinan bahwa rencanamu mengunjungi dokter akan tertunda lagi. Apa yang sebenarnya simpel malah menjadi rumit.
Otak cenderung mengaitkan berbagai hal menjadi satu kesatuan yang mengakibatkan munculnya kebiasaan baru. Kamu mengaitkan kasur dengan aktivitas tidur, sehingga kamu lebih mudah terlelap dalam mimpi ketika berusaha tidur. Sama halnya dengan pekerjaan kantor yang membuat stres dan penerapan work from home. Perubahan ini mendorong terjadinya sikap penundaan.
Sikap ini juga dapat bersifat produktif, misalnya ketika kamu memutuskan untuk menyapu kamar terlebih dahulu sebelum mengikuti kelas daring. Untuk mengatasi kebiasaan menunda yang berdampak buruk, berikut ini 8 tips atau cara yang patut dicoba.
1. Bertanya pada diri sendiri
Kebiasaan menunda dapat diatasi dengan bertanya pada diri sendiri. Berikut daftar pertanyaannya.
- Tugas apa yang harus dikerjakan dan kapan deadline-nya? Buat daftar.
- Tugas apa yang menjadi prioritas? Beri tanda prioritas dari skala 1-10. Angka 1 digunakan untuk tugas yang diutamakan, sedangkan angka 10 digunakan untuk tugas yang dapat dikerjakan nanti.
- Berapa waktu yang diperlukan untuk mengerjakan tugas tersebut?
- Kapan kamu dapat mengerjakan tugas ini sehingga kamu dapat mengatur kalender?