Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
unsplash.com/Andre Hunter

Dari dulu kita kerap mendengar ungkapan bahwa "Uang gak bisa beli kebahagiaan". Beberapa motivator atau influencer kerap menyebut punya uang bukan jadi penentu kebahagiaan. Benarkah?

Faktanya, studi terbaru menunjukkan bahwa "Uang memang bisa membeli kebahagiaan". Namun, memang harus dengan perhitungan yang tepat.

Pendapatan jadi bagian penting dalam kebahagiaan

ilustrasi rupiah (unsplash.com/Mufid Majnun)

Sebuah jurnal yang diterbitkan di Proceedings of the National Academy of Sciences menyebut bahwa pendapatan merupakan bagian penting dalam kebahagiaan. Sang peneliti, Daniel Kahneman dan Matthew Killingsworth, menyebut bahwa semakin besar pendapatan semakin besar pula potensi kebahagiaan yang dirasakan.

Dalam studi mereka, Kahneman dan Killingsworth menyurvei 33.391 orang dengan rentang usia 18 dan 65 tahun yang tinggal di Amerika Serikat, punya pekerjaan, dan melaporkan pendapatan rumah tangga minimal $10.000 per tahun.

Untuk mengukur kebahagiaan mereka, peserta diminta untuk melaporkan perasaan mereka secara acak dalam sehari melalui aplikasi smartphone yang dikembangkan oleh Killingsworth bernama Track Your Happiness

Studi tersebut mencapai dua kesimpulan besar:

  • Pertama, bahwa “Kebahagiaan terus meningkat dengan pendapatan, bahkan di kisaran pendapatan yang tinggi” bagi sebagian besar orang. Hal tersebut menunjukkan bahwa bagi orang-orang pada umumnya, memiliki lebih banyak uang dapat membuat kita semakin bahagia.
  • Kedua, riset tersebut juga menemukan bahwa ada tetap ada yang merasa tak bahagia seiring dengan besarnya pendapatan mereka. Jumlahnya sekitar 20 persen peserta, "yang  memang merasa bahagia dengan pendapatan, tapi hanya pada sampai titik tertentu saja". Orang-orang tersebut merasa tidak bahagia meski punya pendapatan tinggi karena beberapa alasan, seperti patah hati, meninggalnya orang terdekat, dan depresi klinis.

Cara uang membeli kebahagiaan

Editorial Team

Tonton lebih seru di