Marc Marquez di Sirkuit Jerez (motogp.com)
Budaya sepeda motor memang sudah mengakar di Spanyol. Di pusat kota, misalnya, banyak anak muda yang mengendarai skuter atau moped. Lagi-lagi, fenomena ini adalah akibat tidak langsung dari sebuah regulasi.
Anak muda Spanyol baru bisa mengendarai mobil setelah berumur 18 tahun. Sementara untuk sepeda motor, sudah bisa mereka kendarai sejak usia 15 tahun. Menurut BBC, jeda waktu tiga tahun ini bisa membuat remaja Spanyol ketagihan mengendarai motor.
Tentu saja budaya mengendarai motor tak akan sampai ke mana-mana tanpa adanya budaya balap. Budaya balap bisa terbentuk dengan infrastruktur dan fasilitas yang memadai.
Mengutip Bikesport News, di daerah Spanyol seperti Albacete, Almeria, atau Andalusia, semua orang terbiasa dengan kompetisi balap. Para orangtua tak risau jika anaknya menghabiskan waktu di arena balap yang memang tersedia.
Untuk infrastruktur balap motor, Spanyol memang salah satu yang terbaik di dunia. Menurut Racing Circuits, Spanyol setidaknya memiliki 16 sirkuit yang biasa digunakan untuk ajang motorsport. Empat di antaranya sering masuk kalender MotoGP, seperti Sirkuit Jerez, Sirkuit Barcelona-Catalunya, Motorland Aragon, dan Sirkuit Valencia-Ricardo Tormo.
Selain itu, Spanyol memiliki beberapa sekolah pelatihan teknisi, yang lulusannya banyak berkarier di garasi MotoGP. Jadi, kesuksesan Spanyol tak hanya peran dari para pembalap, tetapi juga semua komunitas dan pihak yang terlibat dan berdedikasi sepenuhnya untuk MotoGP.
Kesuksesan Spanyol di MotoGP memang gabungan dari banyak faktor. Mengutip Sport Journal, keberhasilan ini adalah gabungan antara kerja sama yang baik (Dorna, RFME, dan sponsor) dan antusiasme dari generasi muda. Lalu, didukung terus menerus oleh insfrastruktur dan kemampuan teknisi yang terus meningkat.
Puncak dari dominasi pembalap Spanyol dimulai pada 2010. Kala itu pembalap Spanyol berhasil merebut semua gelar juara dunia di setiap kategori MotoGP. Jorge Lorenzo mengambil titel MotoGP, Toni Elias menguasai kelas 250cc, sementara Marc Marquez meraih gelar di kelas 125cc.
Peristiwa itu sangat bersejarah. Sebelumnya tak pernah ada negara yang bisa memenangi kejuaraan di semua kategori. Spanyol mengulangi dominasi ini pada 2013 dan 2014.
Pada waktu yang bersamaan, muncul nama Marc Marquez sebagai pembalap MotoGP asal Spanyol yang paling bersinar. Pada 2013, Marquez mencetak banyak sejarah. Ia merebut gelar juara dunia pertamanya saat masih menjadi rookie. Itu menjadikannya rookie pertama yang juara dunia setelah Kenny Roberts pada 1978.
Marquez sekaligus menjadi juara dunia kelas MotoGP termuda, merebut rekor sebelumnya dari Freddie Spencer. Pada 2017, rekor lain dipecahkan Marquez. Ia menjadi pembalap paling muda yang berhasil meraih empat gelar juara dunia. Marquez merebut rekor ini dari pembalap Inggris, Mike Hailwood.
Kesuksesan Marquez seolah menjadi titik puncak dari dominasi pembalap Spanyol di MotoGP. Pada 2020, di tengah absennya Marquez, muncul pembalap Spanyol lain yang bisa menjadi juara dunia, Joan Mir.
Namun, pembalap Spanyol menghadapi persaingan MotoGP yang makin ketat. Kini Italia punya VR46 Academy asuhan Valentino Rossi, yang berhasil mencetak juara dunia seperti Francesco Bagnaia dan Franco Morbidelli. Prancis mulai muncul dengan pembalap cepat seperti Johann Zarco dan Fabio Quartararo.
Selain itu, Dorna pun sedang mengupayakan kompetisi di kelas regional. Tentu agar bisa hasilkan pembalap kompetitif dari negara lain. Seperti British Talent Cup untuk Inggris, Asia Talent Cup untuk Asia-Pasifik, dan yang tebaru North American Talent Cup untuk Amerika Serikat.
Setelah tahu alasan Spanyol begitu jagoan, pertanyaan lain yang harus ditanyakan adalah: sampai kapan Spanyol akan terus mendominasi?