5 Fakta Petinju Olimpiade Imane Khelif, Tersandung Kontroversi

Di Olimpiade modern, tinju pertama kali muncul sejak 1904. Akan tetapi, tinju putri merupakan cabang olahraga yang bisa dibilang cukup baru. Sebab, tinju putri secara resmi baru masuk Olimpiade sejak Olimpiade Musim Panas 2012 di London.
Lalu, beberapa tahun kemudian, di daerah pedesaan Aljazair, seorang gadis remaja yang berbakat bermain sepak bola, menonton pertandingan tinju putri di Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Sejak saat itu, gadis bernama Imane Khelif mulai menapaki jalan menuju Olimpiade Paris 2024 sebagai seorang petinju. Sayangnya, keberhasilannya masuk Olimpiade justru banyak jadi cibiran akibat kontroversi gender yang menimpanya.
Meski ditindas habis-habisan di media sosial dan dituduh transgender dalam helatan Olimpiade 2024, hidup Imane Khelif ternyata penuh perjuangan, sangat menyentuh hati, dan inspiratif. Bagaimana kisahnya?
1. Imane Khelif terlahir dari keluarga yang kurang mampu
Imane Khelif lahir pada 1999 di Tiaret, Algeria, Aljazair, sebuah kota yang pada saat itu berpenduduk kurang dari 150.000 jiwa. Tempat ini jauh dari kekayaan ibu kota Aljazair, Algiers, yang diapit oleh Pegunungan Atlas Afrika Utara. Di provinsi Tiaret sendiri sangat bergantung pada pertanian dan lokasinya bisa dibilang terpencil. Itulah mengapa keluarga Khelif hidup dibawah bayang-bayang kemiskinan.
Ayah Imane Khelif bekerja di Gurun Sahara Aljazair sebagai tukang las, jauh dari desa terpencil mereka. Sementara pekerjaan ibunya tidak diketahui. Imane Khelif menjelaskan bahwa keuangan keluarganya sangat terbatas. Khelif pun sempat kesulitan saat ingin menekuni tinju pada usia 16 tahun.
Kendala yang dihadapi Imane Khelif untuk meraih mimpinya bukan hanya sebatas biaya peralatan, keanggotaan pusat kebugaran, atau pelatihan, tetapi juga mencakup ongkos bus yang ia tumpangi menempuh perjalanan sejauh 10 kilometer ke pusat kebugaran terdekat. Ditambah lagi, Khelif tidak berani meminta uang ke ayahnya karena ayahnya sangat menentang impiannya. Tak gentar, Khelif punya cara untuk mendapatkan uang sendiri.
Imane Khelif mengisahkan perjalanannya tersebut dalam sebuah wawancara bersama Canal Algérie, melalui Birmingham Live, "Saya kebetulan berjualan roti di jalan. Saya mengumpulkan piring dan barang-barang bekas lainnya untuk ditukarkan dengan uang agar dapat bepergian, karena saya berasal dari keluarga yang sangat miskin."