ilustrasi pembalap McLaren di Formula 1 (pexels.com/Jonathan Borba)
Setiap sirkuit menghadirkan pola tikungan, panjang trek, dan komposisi sektor yang menentukan prioritas strategis tim. Pola tersebut memaksa tim melakukan penyesuaian aerodinamika, pengaturan suspensi, serta mapping mesin agar mobil mampu menghasilkan performa optimal. Korelasi antara desain layout dan karakter mobil kemudian menciptakan perbedaan signifikan pada performa di setiap kategori sirkuit.
High-speed circuits seperti Monza (Italia), Jeddah (Arab Saudi), atau Baku (Azerbaijan) menekankan efisiensi aerodinamika serta kekuatan power unit. Pada jenis trek ini, mobil dengan drag rendah dan efisiensi aero tinggi mendapat keuntungan besar. Menurut penelitian berjudul ‘Examining the Correlation Between Circuit Demands and Performance Gaps between F1 Constructors’, data pada 2023 memperlihatkan dominasi Red Bull pada kategori ini, karena mobil mereka mengombinasikan efisiensi aero dan tenaga mesin yang sangat kuat di trek berkecepatan tinggi.
Sementara itu, technical circuits seperti Monaco, Singapura, dan Hungaroring (Hungaria) menuntut stabilitas mekanis, high downforce, serta traksi yang konsisten di tikungan lambat. McLaren dan Ferrari tampil lebih kompetitif pada trek jenis ini, karena mobil mereka memberikan kestabilan pengereman dan respons awal yang kuat ketika keluar tikungan. Sedangkan itu, Mercedes menemukan momentumnya di balanced circuits seperti Austin (Amerika Serikat), Interlagos (Brasil), dan Abu Dhabi (Uni Emirat Arab), karena mobil mereka mampu menjaga keseimbangan antara kecepatan lurus dan efisiensi di sektor teknikal.
Pembagian sirkuit menjadi tiga kategori, high-speed, technical, dan balanced, menunjukkan alasan performa mobil bisa berbeda pada tiap balapan. Setiap mobil memiliki karakter bawaan yang membuatnya lebih cocok pada jenis trek tertentu. Oleh sebab itu, tim harus mengoptimalkan konfigurasi aerodinamika dan mekanis agar mampu merespons kebutuhan spesifik tiap sirkuit.