Buntut Efisiensi, Kemenpora Pangkas Cabor di SEA Games 2025

Jakarta, IDN Times - Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) memutuskan memangkas cabang olahraga (cabor) yang akan dikirim ke SEA Games 2025. Hal itu merupakan ekses dari efisiensi anggaran.
"Dengan adanya efisiensi ini, pastinya kita ada penyesuaian dan kita akan fokus kepada cabor prioritas yang akan dipertandingkan di SEA Games 2025,” ujar Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Dito Ariotedjo di Cibubur, Kamis (13/2/2025).
1. Tidak akan mengirim atlet secara jor-joran
Dito menegaskan, Indonesia via Kemenpora tak akan mengirim atlet secara jor-joran ke SEA Games 2025 nanti, buntut dari efisiensi ini. Cabor yang akan turun, adalah cabor-cabor yang juga ada di Asian Games dan Olimpiade.
"Jadi kita akan prioritaskan cabor-cabor yang nanti bertanding di SEA Games, tapi ada juga di Asian Games dan Olimpiade. Dan ini saya yakin sudah sesuai dengan asal cita Bapak Presiden, di mana Asian Games itu menjadi prioritas,” kata Dito.
2. Membantu Kemenpora dalam menentukan prioritas
Lebih lanjut, Dito memandang positif efisiensi anggaran di Kemenpora ini. Menyesuaikan dengan program Presiden Prabowo Subianto, efisiensi akan membantu Kemenpora dalam menetapkan prioritas.
"Ini kan 2025, jadi agenda Asian Games, Asian Para Games, dan ASEAN Para Games itu di 2026. Jadi kita yakin dengan adanya efisiensi ini, nanti akan terlihat program-program mana yang akan menjadi prioritas," ujar Dito.
3. Kemenpora kena efisiensi anggaran sampai 53 persen
Dalam rapat kerja (raker) dengan Komisi X DPR RI terkait efisiensi anggaran, termaktub berapa persentase efisiensi yang diterapkan di Kemenpora. Efisiensi itu mencapai 53 persen.
Sebelumnya, Kemenpora mendapatkan pagu anggaran tahun 2025 sebesar Rp2,3 triliun. Namun, berkat efisiensi anggaran sebesar 53 persen ini, mereka hanya mendapatkan anggaran sebesar Rp1,34 triliun.
Dengan anggaran sebesar itu, Kemenpora dituntut untuk tetap bisa mengatur dan memenuhi kebutuhan atlet-atlet untuk SEA Games 2025 nanti. Pada akhirnya, memang harus ada cabor yang tidak menjadi prioritas.