Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Asrama PB Djarum
Penghuni asrama PB Djarum Jati, Kudus, Ghathfaan Rizqie Ramadhan Haryanto (IDN Times/Margith Damanik)

Intinya sih...

  • Ghathfaan tinggal di asrama PB Djarum Kudus sejak lolos audisi umum pada 2023

  • Atlet muda ini menjalani rutinitas latihan dan pendidikan formal setiap hari

  • Ghathfaan terbiasa dengan kehidupan asrama, berkunjung orangtua, dan disiplinnya berbuah prestasi

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kudus, IDN Times - Sejak dua tahun lalu, keseharian Ghathfaan Rizqie Ramadhan Haryanto berubah. Jauh dari orangtua, atlet muda ini menjadi penghuni asrama PB Djarum Kudus, Jawa Tengah.

Ghathfaan mengawali kesehariannya saat matahari belum sepenuhnya terbit. Setiap pukul lima pagi ia sudah memulai hari. Menjalani rutinitas dengan kedisiplinan menjadi aturan wajib. Demi satu cita-cita sederhana: Menjadi Pebulu Tangkis Dunia.

1. Memulai hari sangat pagi

Penghuni asrama PB Djarum Jati, Kudus, Ghathfaan Rizqie Ramadhan Haryanto (IDN Times/Margith Damanik)

Ghathfaan lolos Audisi Umum PB Djarum pada 2023. Sejak saat itu, atlet muda asal Semarang, Jawa Tengah, ini tinggal di asrama PB Djarum Jati, Kudus.

Ghathfaan membuka mata dan langsung bergegas menikmati sarapan di ruang makan yang disediakan di asrama PB Djarum.

Vitamin, makanan dengan gizi seimbang, susu segar, semua tersedia untuk memenuhi nutrisinya. Usai sarapan, Ghathfaan bersiap menjalani latihan.

“Latihan jam (kurang lebih) setengah tujuh biasanya, selama dua jam. Biasanya latihan lob-loban,” kata bocah 12 tahun itu ditemui di GOR Djarum Jati Kudus.

Ghathfaan bersama teman-temannya juga didampingi sejumlah pelatih.

“Pelatihnya beda-beda. Ada tiga (pelatih). Pelatih fisiknya satu,” kata dia.

Sebagai penghuni asrama, aturan main untuk Ghathfaan jelas, mengikuti arahan pelatih. Dia tak menyangkal, terkadang pelatihnya juga galak. 

Ghathfaan tertawa dan menaikkan alisnya sebagai tanda jawaban “ya” saat ditanya, apakah pelatihnya terbilang galak.

“Pernah dimarahi. Tapi karena saya juga salah,” ujar dia.

2. Pendidikan tidak boleh dilupakan

Fasilitas asrama PB Djarum Jati, Kudus (IDN Times/Margith Damanik)

Menurut cerita Ghathfaan, latihan biasanya digelar dua kali. Pagi hingga pukul sembilan dan sore hari sepulang sekolah. Ya, meski berstatus atlet binaan PB Djarum, Ghathfaan tetap mengenyam pendidikan formal. 

“Sekolah di Al-Ma’ruf. Dari jam setengah 10 sampai jam 1 (siang),” kata dia.

Setelahnya, atlet yang duduk di bangku kelas 1 SMP ini bersiap menjalani latihan sesi sore.

“Sebelumnya istirahat dulu. Pulang sekolah, makan, tidur siang sebentar. Latihan lagi jam tiga (sore) biasanya. Sampai jam enam,” kata Ghathfaan.

Pada sesi sore ini, para atlet akan menjalani latihan teknik. Rutinitas Ghathfaan diatur juga dengan cukup detail. Kedisiplinan jadi kunci dasar yang ingin ditanamkan klub kepada seluruh atlet binaannya.

Namun, Ghathfaan mengaku juga pernah merasa jenuh dengan rutinitasnya.

“Saya pernah jenuh juga. Tapi ngobrol sama orang tua dan pelatih. Biasanya dikasih nasihat dan semangat,” kata Ghathfaan.

3. Terbiasa dengan kehidupan asrama PB Djarum

Penghuni asrama PB Djarum Jati, Kudus, Ghathfaan Rizqie Ramadhan Haryanto (IDN Times/Margith Damanik)

Ghathfaan mengaku sudah mulai terbiasa dengan rutinitas sebagai anak asrama PB Djarum. Orang tuanya juga terkadang datang berkunjung.

“Sering (dikunjungi orangtua). Tapi ada aturan soal berkunjung orangtua. Saya setahun pulang (ke rumah) dua kali. Waktu Lebaran dan akhir tahun. Karena latihannya juga libur,” kata dia.

Selebihnya, Ghathfaan menikmati keseharian di asrama. Dia bahkan mengaku lebih banyak menghabiskan hari liburnya di asrama ketimbang di luar saat masa libur.

“Kalau libur, kadang main bola di GOR. Kan keluar (asrama) juga cuma boleh Minggu dan harus izin. Jarang sih keluar. Tidak pernah,” kata dia.

Ghathfaan teringat saat awal ia masuk asrama. Dia yang kala itu berusia 10 tahun, menangis tersedu karena harus berpisah dengan orangtuanya.

“Dulu menangis (karena jauh dari orang tua). Sekarang sudah tidak. Penyesuaiannya kurang lebih satu bulan,” kata dia.

Meski hanya dua tahun pulang ke rumah, Ghathfaan rutin berkomunikasi dengan orangtuanya setiap hari.

4. Disiplin berbuah prestasi

Atlet binaan PB Djarum, Ghathfaan Rizqie Ramadhan Haryanto (dok.PB Djarum)

Kedisiplinan yang ditempa Ghathfaan di asrama berbuah manis. Ia sudah meraih sederet prestasi sejak masuk asrama PB Djarum Kudus.

Sosok yang mengidolakan Moh Zaki Ubaidillah itu menyabet gelar juara di Sirkuit Nasional (Sirnas) B Nusa Tenggara Barat (NTB) 2025 dan Kajati Cup 2025.

Namun, Ghathfaan tak mau berpuas diri. Impian terbesarnya saat ini adalah menyusul sang idola, Zaki Ubaidiilah, ke Pelatnas PBSI Cipayung, Jakarta.

“Saya mau juara (terus). Saya mau masuk pelatnas,” kata dia.

Salah satu idola yang ingin ditirunya adalah mantan atlet ganda putra Indonesia, Kevin Sanjaya Sukamuljo.

“Kevin pukulannya bagus. Saya mau jadi seperti Kevin,” kata Ghathfaan.

Editorial Team