Daud Yordan, petinju Indonesia di Balai Sarbini. (IDN Times/Sandy Firdaus)
Tak bisa dihindari, memudarnya pamor tinju dikarenakan mulai minimnya tayangan tinju di televisi. Ini mengurangi daya tarik dari tinju di Indonesia.
Sebab, dengan tampil di televisi, pastinya para petinju amatir hingga profesional di Indonesia lebih tertarik. Selain itu, tinju bisa diubah menjadi sajian hiburan, kalau nantinya diangkat lewat tayangan televisi.
Hal tersebut pernah semarak pada 1990-an silam. Kala itu, tinju baik internasional dan nasional begitu semarak karena sering ditayangkan televisi, menjadi hiburan buat publik setiap Sabtu atau Minggu.
Promotor Daud Yordan, MPRO International, sepakat jika ingin maju lagi di Indonesia, tinju harus disemarakkan lagi di televisi. Harus ada tayangan-tayangan tinju yang rutin disiarkan di layar kaca.
"Jadi, untuk mengangkatnya, saya bilang banyakin acara tinju, pesertanya, kemudian televisi juga harus mendukung. Jika ada acara tinju reguler di TV, itu akan membantu menaikkan pamor tinju lagi," ujar Direktur MPRO, Gustiantira Alandy.
Legenda tinju Indonesia, Chris John juga mengutarakan hal yang tak jauh beda dengan Gustiantira. Menurutnya, agar tinju kembali dikenal dan digemari masyarakat, televisi harus turut serta menyemarakkan tinju.
Tidak cuma tinju yang jadi semarak, hadirnya tinju secara rutin di televisi setiap pekan juga memberikan efek baik bagi para petinju itu sendiri. Jadi, ada sinergi yang muncul antara menyemarakkan tinju dan pembinaan tinju di Indonesia.
"Karena dari pengalaman, saya berangkat saat itu adalah ya karena televisi yang menayangkan pertandingan tinju setiap hari Minggu. Di Indosiar, RCTI, SCTV, dulu marak sekali dan tinju saat itu jadi tontonan banyak orang. Dulu rutin, saya kan juga besar dari Indosiar," ujar Chris John dalam wawancaranya bersama IDN Times.