[EKSKLUSIF] Kisah Inspiratif Gangster Insaf Jadi Bintang UFC

Jakarta IDN Times - Cub Swanson masuk sebagai salah satu petarung legendaris di ajang Ultimate Fighting Championship. Kiprah dan rekornya di UFC begitu memukau, membuatnya masuk dalam jajaran petarung elite di kelas bulu.
Pada kelas bulu, Swanson memegang rekor petarung paling sering menerima bonus pasca laga, delapan kali. Dia juga sempat mengantongi bonus Fight of the Night 10 kali.
Gaya tarung Swanson juga terbilang atraktif. Beberapa media menyebut gaya tarungnya begitu liar dan eksplosif.
Swanson juga dianggap memiliki gaya tarung yang tak terprediksi. Media mixed martial arts ternama seperti MMA Junkie, Bloody Elbow, dan MMA Fighting, sepakat menyebut Swanson sebagai salah satu petarung paling fenomenal gaya tarungnya. Atas gayanya itu, Swanson mencetak rekor 27 kemenangan dan 11 kali kalah. Sebanyak 12 dari 27 kemenangannya itu, diraih lewat KO.
Di sisi lain, fans MMA menyebutkan gaya Swanson khas dan bisa disebut sebagai 'The Beautiful Destroyer'. Tapi, Swanson lebih memilih julukan The Killer.
IDN Times berkesempatan berbincang secara khusus dengan sang bintang. Tak seperti bintang kebanyakan yang terlihat begitu menonjolkan status dan auranya.
Swanson terkesan sangat normal. Dia seperti orang biasa. Ketika berbincang dengannya, saya merasa seperti sudah kenal lama dengannya, ramah dan tak ada sifat angkuh darinya. Bisa dibilang, masa lalu yang telah membentuknya jadi pribadi seperti sekarang.
1. Sempat jadi gangster dan rampok
Swanson memang memiliki masa lalu yang keras. Dia lahir dari keluarga campuran. Ayahnya merupakan pria berdarah Swedia-Amerika, dan ibunya memiliki garis keturunan Meksiko.
Nama aslinya adalah Kevin Luke Swanson. Namun, karena salah satu kakaknya tak bisa menyebutnya dengan 'Kevin', maka akhirnya dia diberikan panggilan Cub.
Ayah Swanson meninggal saat dia masih berusia tiga bulan karena kanker kulit. Jadilah, sang ibu membesarkannya sendirian.
Sang ibu begitu syok kehilangan ayahnya. Sampai, terjerembab dalam dunia obat-obatan terlarang.
Swanson akhirnya diasuh oleh saudara ibunya. Dia dibesarkan di keluarga yang religius. Hingga akhirnya, orang tua angkatnya bercerai dan Swanson yang saat itu berusia 14 tahun, harus dikembalikan ke ibunya.
Kemudian, Swanson masuk ke sekolah katedral di California, bersama salah satu petinju Amerika Serikat, Timothy Bradley.
Namun, saat itu, Swanson salah gaul. Dia terjebak dalam dunia gangster. Swanson muda terlibat dalam sejumlah perkelahian jalanan, menjadi pemabuk, dan pecandu narkoba.
Satu saat, dia berencana untuk merampok rumah. Sayang, aksinya diketahui sang pemilik yang langsung menghubungi polisi. Swanson dikurung di penjara anak-anak hingga usianya 17 tahun.
"Ya, apa yang terjadi di masa lalu, membentuk saya seperti sekarang. Saya merasa itu masa lalu yang memang kelam. Jadi pelajaran tersendiri," kata Swanson.
"Ketika di dalam penjara, saya berpikir 'apa yang sudah saya lakukan? apa salah saya? kenapa bisa begini?' Saya sadar telah melakukan kesalahan," lanjutnya.