Greysia Polii resmi pensiun sebagai atlet bulu tangkis Indonesia (IDN Times/Tata Firza)
Karena tak ada bukti kuat, keputusan BWF dan Komite Olimpiade Internasional (IOC) atas sanksinya harus diterima Greysia dan Meiliana. Tim Indonesia, yang kala itu dipimpin Erick Thohir sebagai Chief de Mission, pun tak bisa menolong Greysia/Meiliana ke Arbitrase Olahraga Internasional (CAS). Padahal, China dan Korea Selatan bisa bandung saat itu.
Mendengar fakta tersebut, Greysia dan Meiliana merasa seperti ketiban durian, sakit, karena merasa Indonesia tak bisa membela.
"Di momen itu waktu pak CdM (Erick Thohir) dan Ketua Umum (alm Djoko Santoso) bilang seperti itu ke saya dan Meiliana. Rasanya seperti runtuh, ketiban durian, sakit banget, jatuh, gitu kan. Gak ada yang bisa membela. Bahkan, Indonesia pun nggak bisa membela," kata Greysia.
Skandal itu, menurut Greysia, jadi sebuah risiko bagi bulu tangkis dunia pula. Sebab, kelanjutan bulu tangkis di Olimpiade sempat dipertanyakan, jika tak ada hukuman yang tegas. Jadilah, Greysia menanggung status sebagai terhukum dan korban.
"Mungkin, bisa gak ada lagi di Olimpiade. Karena pada saat itu di 2012 bulu tangkis sudah ada di olahraga yang paling akhir pilihannya, hampir terdepak dari Olimpiade karena selalu dievaluasi," ujar Greysia.
Dia mengenang, ketika itu pula, Erick dan Djoko meminta maaf kepadanya serta Meiliana. Demi menyelamatkan nasib bulu tangkis dunia, mereka harus jadi korban.
"Mereka berkata, 'maafkan kami kalau greysia dan meliana yang jadi korban pada saat ini'," ujar Greysia.
Cerita penuh luka itu berakhir. Mulai bangkit pada 2014, pengorbanan dan kesabaran Greysia berbuah manis saat berhasil membawa pulang medali emas Olimpiade 2020 Tokyo saat berpasangan dengan Apriyani Rahayu.
"Pada akhirnya, sesuatu yang tadinya saya memikirkan itu nasib buruk buat kehidupan, ternyata tidak. Akhirnya, ditutup dengan anugerah paling Indah yang Tuhan berikan kepada saya. Buah dari kesabaran itu. Olimpiade itu jadi milik saya juga. Walaupun saya yang dikorbankan," ujar Greysia.