Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Shesar Hiren Rhustavito (instagram.com/badminton.ina)
Shesar Hiren Rhustavito (instagram.com/badminton.ina)

Intinya sih...

  • Vito menerima tawaran menjadi pelatih karena PB Djarum membesarkannya dan membantunya menjadi pemain bulu tangkis dunia.

  • Menjadi pelatih lebih rumit karena setiap pemain memiliki perbedaan yang harus dihadapi secara individu, berbeda dengan saat menjadi atlet.

  • Vito mengambil pengalaman positif dari semua pelatih sebelumnya sebagai pedoman, karena dia belum memiliki satu nama tertentu sebagai panutan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kudus, IDN Times - Mantan tunggal putra Indonesia, Shesar Hiren Rhustavito, kini menjalani peran baru. Setelah pensiun, Vito sapaan akrab Shesar Hiren, kini menjadi pelatih di klub lamanya, PB Djarum.

Bukan tanpa alasan Vito menerima pinangan PB Djarum sebagai pelatih. Kini, Vito berfokus untuk membawa anak didiknya bisa berprestasi mengharumkan nama PB Djarum dan Indonesia.

Vito pernah memperkuat tim tunggal putra Pelatnas Indonesia. Vito menjadi salah satu aktor penting dalam kemenangan Indonesia meraih Juara Piala Thomas 2020 lalu. Selain itu, Vito juga meraih gelar juara bersama skuad Garuda di Kejuaraan Beregu Asia (BATC) 2020.

1. Alasan Vito bersedia jadi pelatih di PB Djarum

Mantan atlet tunggal putra Indonesia, Shesar Hiren Rhustavito (IDN Times/Margith Damanik)

Vito memutuskan pensiun pada akhir 2024 lalu. Menurut cerita Vito, Djarum langsung memberikannya tawaran menjadi pelatih tak lama setelah dia mengumumkan keputusan untuk gantung raket.

PB Djarum merupakan klub yang membesarkan Vito dan mimpinya menjadi pebulu tangkis dunia. Itu pula yang menjadi pertimbangan Vito menerima tawaran tersebut.

“Karena saya dibesarkan di PB Djarum dari kecil. Mungkin dari umur 12-13 tahun ya, sampai saya jadi pemain umur 30 tahun,” kata Vito ditemui di GOR Djarum Jati, Kudus, Jawa Tengah, Rabu (10/9/2025).

Vito mengaku tak sedikitpun merasa bimbang untuk menerima tawaran tersebut. “Diberi kesempatan juga untuk PB Djarum menjadi pelatih di PB Djarum. Ya pastinya saya bangga sekali. Nah, makanya saya langsung putuskan menerima untuk menjadi pelatih,” kata Vito.

2. Rumitnya jadi pelatih dari kacamata Vito

Mantan atlet tunggal putra Indonesia, Shesar Hiren Rhustavito (IDN Times/Margith Damanik)

Menurut Vito, tantangan menjadi pelatih lebih rumit ketimbang menjadi atlet. “Wah kalau tantangan pelatih saya rasa cukup lebih rumit. Ini (lebih rumit) masalah kita membawa anak-anak kan?” ujar Vito.

Saat menjadi atlet, Vito mengaku hanya perlu memperhatikan pembawaan dan perkembangan dirinya. Namun, itu tak bisa diterapkan sebagai pelatih.

“Kalau pelatih, ya dari anak usia remaja sampai taruna itu kan masing-masing orang beda. Nah, itu yang lebih susah. Cara kita membawa mereka di luar lapangan, di dalam lapangan itu beda,” kata Vito.

Vito menjdi pelatih untuk jenjang remaja dan taruna PB Djarum. Pemainnya rata-rata berada di level U-17 hingga U-19. Vito memperkuat tim PB Djarum yang berdomisili di Jakarta.

“Jadi lebih rumitnya di situ. Satu orang ke satu orang lainnya kita harus mengatasinya kayak bagaimana,” kata Vito.

3. Belum punya pelatih panutan

Mantan Pebulutangkis Indonesia jebolan PB Djarum, Shesar Hiren Rhustavito. (Ari Haryono/IDN Times).

Vito mengaku tak punya nama tertentu yang dijadikan panutan sebagai pelatih. Malahan, Vito memutuskan untuk mengambil seluruh aspek positif yang dirasakannya dari tiap-tiap pelatih yang pernah menanganinya saat masih menjadi atlet.

“Sebenernya kalau pelatih banyak sih saya. Role model untuk jadi pelatih ya pastinya saya ambil pengalaman-pengalaman saja dari pelatih-pelatih saya sebelumnya. Yang bagusnya saya ambil. Itu aja sih. Kalau role model saya belum ada,” kata Vito.

Editorial Team