Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Pembalap MotoGP pada sesi sprint race di Sirkuit Mandalika, Sabtu (4/10/2025). (IDN Times/Linggauni)
Pembalap MotoGP pada sesi sprint race di Sirkuit Mandalika, Sabtu (4/10/2025). (IDN Times/Linggauni)

Mandalika, IDN Times - Sirkuit Internasional Pertamina Mandalika menjadi salah satu yang paling sulit ditaklukkan para pembalap MotoGP. Buktinya, selama sirkuit ini menjadi tuan rumah salah satu seri, sudah banyak pembalap yang jatuh.

Pembalap Ducati Lenovo, Marc Marquez, menjadi salah satu yang rekornya paling buruk ketika mengaspal di Mandalika. Dia tak pernah finis dalam empat musim mengaspal di Mandalika, hingga akhirnya muncul meme "Mandalika 4-0 Marquez".

1. Trek dan aspalnya punya karakter berbeda

Pembalap MotoGP, Joan Mir. (IDN Times/Linggauni)

Dalam empat musim pula, juara yang muncul di balapan utama juga selalu berbeda. Miguel Oliveira, Francesco Bagnaia, Jorge Martin, dan Fermin Aldeguer, adalah para pembalap yang pernah berjaya di Mandalika pada sesi balapan utama.

Tapi, nasib sial dialami pula Bagnaia dalam sesi balapan utama di Mandalika pada Minggu (5/10/2025). Dia gagal menampilkan performa terbaik, mengulangi pencapaiannya di 2023, finis terakhir pada sesi sprint race, dan jatuh saat balapan utama.

"Trek dan aspal di sini sangat berbeda. Jadi, ini lebih sulit, untuk berbagai alasan, trek ini jadi mimpi buruk bagi setiap orang. Balapan begitu lambat dalam urusan kecepatan, sangat lambat," kata pembalap HRC Honda Castrol, Joan Mir, usai balapan di Mandalika, Minggu lalu.

2. Suhu juga jadi faktornya

Pembalap Pertamina Enduro VR46 Racing Team, Franco Morbidelli (Dok. Pertamina Enduro VR46 Racing Team)

Sejak hari pertama seri Mandalika, para pembalap memang menyatakan jika suhu menjadi salah satu musuh yang harus ditaklukkan. Suhu sekitar sirkuit normalnya 32 sampai 32 derajat celsius, namun bisa lebih tinggi di atas lintasan karena aspal pastinya menyerap panas.

Manajer Tim Pertamina Enduro VR46 Racing Team, Pablo Nieto, sempat menyatakan jika suhu di lintasan begitu menantang, membuatnya harus cermat dalam memilih komposisi ban. Mir juga merasa karakter ban begitu sensitif karena akibat suhu tinggi, namun cengkeramannya sangat lemah.

"Dalam dua putaran pertama, temperatur sangat mustahil. Saya tak tahu kenapa, kami harus menganalisisnya. Kemudian, saya mencoba memanaskan ban belakang dan setiap area pengereman, selalu melebar tanpa bisa menekan," ujar Mir.

3. Karakter ban yang kurang mampu akomodir karakter trek

Pembalap Pertamina Enduro VR46 Racing Team, Franco Morbidelli (Dok. Pertamina Enduro VR46 Racing Team)

Sementara, Raul Fernandez juga merasakan motornya tak bisa dipacu lebih cepat. Ban depannya seperti tak menapak dan harus membalap dengan cara yang aneh.

"Mari katakan, saya bisa mengaspal dengan cara yang aneh, bukan normal. Dengan ban depan yang sulit dikendalikan, sangat susah menghentikan motor. Sulit merasakan batas dari ban depan, jadi susah menekan," kata Fernandez.

Editorial Team