Fabio Di Giannantonio kecil bersama Troy Bayliss. (instagram.com/fabiodiggia21)
Hampir semua pembalap mengidolakan pembalap lain sebagai inspirasi. Bagi Fabio Di Giannantonio, pembalap yang menjadi panutannya adalah pembalap Australia bernama Troy Bayliss.
Troy Bayliss adalah peraih tiga kali gelar juara dunia WorldSBK pada 2001, 2006, dan 2008. Troy pernah berlaga di MotoGP pada 2003 bersama tim Ducati. Ia membalap secara penuh di MotoGP hingga 2005. Menariknya, kemenangan pertama Bayliss terjadi saat ia menjadi pembalap wildcard pada 2006. Saat itu, ia menjadi pembalap pengganti untuk Sete Gibernau di GP Valencia. Ini menjadi kemenangan pertama dan terakhir Troy Bayliss di MotoGP.
Saat kecil, Diggia senang melihat ajang balap WorldSBK. Ada satu pembalap yang menarik perhatian dan membuatnya kagum. Pembalap itu bernomor 21. Dialah Troy Bayliss.
Diggia kemudian bisa bertemu dengan Bayliss pada balapan terakhirnya bersama Ducati di Portimao 2008. Pada kesempatan itu, Diggia bisa masuk ke garasi Bayliss dan berfoto bersama. Itu menjadi momen yang tak terlupakan bagi Diggia.
Bagi pembalap Italia berusia 23 tahun ini, Bayliss adalah sosok yang menginspirasi. Bayliss selalu menjadi dirinya sendiri, hanya tertarik pada kemenangan, dan bisa bersenang-senang dengan orang lain.
Nomor 21 yang digunakan Diggia adalah bentuk penghormatan untuk idolanya tersebut. Namun, sayang, di MotoGP ia tak akan menggunakan nomor 21 karena sudah dipakai Franco Morbidelli.