Hafizh Syahrin di tim Monster Yamaha Tech3 (motogp.com)
Ada yang bilang bahwa keberuntungan adalah kesempatan yang bertemu dengan kemampuan. Ini cocok untuk menggambarkan kisah Hafizh Syahrin saat naik ke kelas MotoGP.
Saat di Moto2, Syahrin bisa menunjukkan kemampuannya. Terutama di musim 2016 dan 2017, ketika ia mampu raih posisi 3 besar klasemen dan koleksi 2 podium. Capaian ini membuatnya muncul di radar tim MotoGP.
Namun kesempatan untuk naik ke MotoGP belum benar-benar ada hingga terjadi sebuah kejutan. Jonas Folger, pembalap Jerman yang seharusnya bergabung dengan tim Monster Yamaha Tech3, menarik diri dari keikutsertaannya di MotoGP. Ia memilih untuk memulihkan diri dari masalah kesehatan yang dialaminya.
Keputusan ini menghadirkan satu kursi kosong di MotoGP. Tim Monster Yamaha Tech3 kemudian memilih Hafizh Syahrin sebagai pembalapnya untuk periode 2018.
Prestasi Syahrin terbilang baik. Pembalap nomor 55 ini mampu finis di posisi top 10 sebanyak 4 kali. Di akhir musim, Hafizh Syahrin hanya kalah 4 poin dari Franco Morbidelli untuk perebutan gelar Rookie of the Year MotoGP.
Namun, sayang, hasil yang apik ini tidak berlanjut di tahun berikutnya. Pada 2019, tim Tech3 memutuskan untuk berganti motor dari Yamaha ke KTM, tim pun berganti nama jadi Red Bull KTM Tech3.
Pergantian ini berdampak kurang baik bagi Syahrin. Ia kesulitan beradaptasi dengan motor barunya. Sehingga performanya selama balapan pun jeblok. Di posisi klasemen akhir, rookie Miguel Oliveira mampu tempati posisi yang lebih baik. Syahrin pun akhirnya terdepak dari MotoGP dan digantikan Iker Lecuona.
Hafizh Syahrin lalu balik berlaga di Moto2 untuk dua tahun berikutnya. Pada 2020, ia bergabung dengan tim Moto2, Aspar Team. Tahun berikutnya ia beralih ke tim NTS RW Racing GP.
Sayangnya, karena masalah dengan sasis yang kurang kompetitif, performa Syahrin tetap tak membaik. Ia pun kehilangan slot di Moto2 dan memutuskan untuk meneruskan karirnya di ajang balap World Superbike.