Pelari Indonesia, Omar Agoes, di Ultra Marathon Sahara (dok. Pribadi/Agoes Omar)
Marathon des Sables memang cukup berbeda dengan lainnya. Lomba ini sebenarnya dikombinasikan pula dengan kemampuan para pesertanya untuk bertahan dalam menghadapi situasi alam yang ekstrem.
Para peserta, dijelaskan Omar, tak terus berlari sejauh 250 kilometer selama 11 hari. Ada kalanya mereka berjalan, istirahat, dan mendirikan tenda.
Kemampuan mempertahankan diri pun diuji. Sebab, tak cuma cuaca yang jadi tantangan, tapi gangguan dari binatang buas seperti ular juga mengancam.
"Kami bangun tenda kalau malam. Saya memang cuma berempat dari Asia, tiga sisanya orang Jepang. Tapi, saya sempat satu tenda dengan orang Afrika, Amerika, dan lainnya. Tas saya itu isinya air, perlengkapan bertahan hidup, bahkan ada juga alat-alat menangkal ular berbisa. Memang, di sini bukan berlomba sebenarnya, tapi bagaimana cara kami, para peserta membangun solidaritas. Jadi, bukan lomba untuk cari pemenang," kata dia.
Omar menyatakan, sebenarnya ada 672 orang yang start di perlombaan ini. Namun, yang finis hanya sekitar 351 orang saja.
"Sisanya mundur. Disayangkan pula, ada yang meninggal dalam penyelenggaraan kali ini. Saya bersyukur bisa menyelesaikan lomba ini. Bisa dibilang, saya ini cukup tua ya, 49 tahun. Tapi, masih bisa melakukan hal-hal seperti ini. Dibilang lega, iya, karena keinginan sejak lama," ujar Omar.
Lomba ini sebenarnya sudah menerapkan standar keamanan yang tinggi. Omar mengaku harus memberikan hasil EKG dalam kurun waktu tiga bulan.
"Formulir juga harus tanda tangan asli, kasih alamat, persetujuan. Jadi, jaga-jaga kalau ada apa-apa jasadnya dikirim ke mana," kata Omar.