Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Bos tim F1 Red Bull, Christian Horner. (formula1.com)

Formula 1 musim 2023 bisa dibilang menjadi musim yang buruk bagi Mercedes. Dua pembalap mereka, George Russell dan Lewis Hamilton, gagal meraih satu pun kemenangan. Pencapaian pabrikan asal Jerman ini menjadi yang terburuk sejak 2011 ketika mereka mengakhiri musim tanpa kemenangan.

Jebloknya performa Mercedes ini turut ditanggapi team principal Red Bull, Christian Horner. Dirinya merasa heran dengan Mercedes yang masih mengadaptasi salah satu inovasi mobil W14 yang dianggapnya gagal, yaitu zeropod. Ia menambahkan bahwa Mercedes seharusnya belajar dari kesalahan mereka yang menerapkan zeropod sejak 2022.

1. Christian Horner heran dengan konsep mobil Mercedes yang terbukti gagal pada 2022

Toto Wolff (kiri) dan Christian Horner (kanan) (twitter.com/redbullracing)

Bos Red Bull, Christian Horner, turut mengomentari kegagalan Mercedes pada 2023. Pria berusia 50 tahun ini terkejut bahwa Mercedes dan Ferrari tak menerapkan inovasi sidepod downwash yang sudah diadaptasi Red Bull sejak perubahan regulasi teknis pada 2022. Sebab itulah dirinya merasa heran ketika Mercedes masih mengadaptasi inovasi zeropod yang jelas-jelas gagal.

"Yah, Toto (Wolff) memang cenderung sedikit dramatis. Kejutan terbesar musim ini (2023) datang dari Ferrari yang tampil luar biasa dibandingkan tahun lalu. Peningkatan mereka yang alami membuat kami memperkirakan persaingan akan sangat ketat tahun ini. Jujur saja, kami cukup heran melihat Mercedes tetap memakai konsep yang terbukti gagal tahun lalu," ungkap Horner dilansir Motorsport.

Mercedes sendiri akhirnya menggunakan sidepod konvensional pada paruh kedua musim 2023 meski tak berdampak signifikan terhadap performa mobil. Bahkan, sempat dikabarkan bahwa pengunduran diri mantan direktur teknis Mercedes pada Oktober 2023 lalu, Mike Elliott, disebabkan oleh buruknya performa mobil W14. Namun, bos Mercedes, Toto Wolff, menampik kabar tersebut bahwa mantan koleganya ini mengundurkan diri karena ingin mencari tantangan lain di luar Formula 1.

2. Christian Horner beri contoh Aston Martin dan McLaren yang berhasil mengadaptasi Red Bull

McLaren (depan), Aston Martin (tengah), dan Mercedes (belakang). (formula1.com)

Christian Horner juga menyinggung bahwa tim-tim seperti McLaren dan Aston Martin yang mengadaptasi konsep sidepod RB19 hingga mampu menuai hasil bagus pada 2023. Hal ini tak lepas dari mantan penggawa Red Bull yang kini bekerja untuk Aston Martin, Dan Fallows. Dia yang sebelumnya menjabat sebagai Head of Aerodynamics Red Bull yang kemudian pindah ke Aston Martin sebagai Direktur Teknis pada 2021.

Bahkan, karena dianggap terlalu banyak meniru inovasi Red Bull, Aston Martin sempat dilaporkan ke Federasi Automobil Internasional (FIA) pada 2022. Horner juga sempat menyindir pabrikan asal Inggris ini dengan sebutan Green Red Bull. Namun, pada akhirnya, Aston Martin tidak terbukti bersalah atas laporan yang dilayangkan Red Bull.

Meski McLaren pada 2023 tak memilki mantan penggawa Red Bull, mereka telah membajak salah satu aset berharga mereka, Rob Marshall. Insinyur asal Inggris ini telah bekerja untuk tim berlogo Banteng Merah selama 17 tahun dan terakhir menjabat sebagai Chief Engineering Officer di sana. Per Januari 2024 nanti, ia akan pindah ke McLaren sebagai Direktur Teknis mereka.

3. Hamilton minta Mercedes berkaca kepada Aston Martin yang tak mampu konsisten

Lewis Hamilton (twitter.com/MercedesAMGF1)

Toto Wolff sendiri menyatakan bahwa Mercedes akan melakukan perombakan besar pada 2024 yang salah satunya akan meninggalkan zeropod. Namun, Lewis Hamilton mengingatkan Mercedes untuk tidak meniru konsep Red Bull secara mentah-mentah hanya karena mereka mampu mendominasi dua musim terakhir. Pemegang gelar juara dunia tujuh kali ini memberikan contoh Aston Martin yang gagal konsisten, terutama pada paruh kedua musim 2023.

"Lihatlah Aston (Martin). Mereka mencoba meniru sebuah mobil (Red Bull) dan hasilnya tidak sama. Tidak semudah itu. Anda harus mencoba dan mengambil bagian-bagian yang bagus dan melalui trial and error, coba tambahkan bagian lain," ucap Hamilton dilansir Motorsport.

“Tapi bayangkan mereka juga takut membuat perubahan besar dan ternyata salah. Kami perlu secara konsisten meningkatkan performa minggu demi minggu, dan kami memiliki target yang lebih tinggi dari sebelumnya karena kami memiliki defisit yang besar untuk dikejar. Ini benar-benar sulit,” tambahnya.

Musim 2023 menjadi pelajaran berharga bagi Mercedes. Mereka harus belajar dari kesalahan dan tidak terpaku pada inovasi yang terbukti gagal. Mercedes juga harus berani mengambil risiko dan melakukan perubahan besar jika ingin kembali bersaing di papan atas pada musim mendatang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team