Jakarta, IDN Times - Di masa lalu, tinju pernah jadi olahraga yang begitu digemari. Saban akhir pekan, pertandingan tinju kerap menghiasi layar kaca, mempertemukan petinju-petinju yang memiliki kemampuan ciamik.
Chris John adalah salah satu petinju yang lahir ketika olahraga itu marak di televisi. Namanya harum sebagai salah satu petinju Indonesia yang menjadi juara dunia. Dia mengaku, harum namanya ini tak lepas dari kontribusi laga tinju mingguan yang hadir di televisi.
"Sepekan sekali, saya bertanding, itu penting. Jadinya semua maju, berlatih, dan para petinjunya berkembang. Banyak bintang dan juara dunia Itulah menurut saya yang penting itu adalah adanya event berkelanjutan dan reguler," ujar Chris dalam wawancaranya bersama IDN Times.
Namun, selepas era Chris John, tinju Indonesia seperti mati suri. Tak ada lagi laga-laga yang biasa hadir di akhir pekan. Tinju kesulitan mendapatkan panggungnya lagi, dan kalah pamor dengan olahraga-olahraga lain.
Pandemik COVID-19 memperparah kondisi tinju di Indonesia. Kesulitan menggelar laga, membuat olahraga ini seakan hidup segan, mati tak mau. Selepas pandemik, tinju pun tidak berdiam diri. Mereka mulai menggeliat.
Olahraga tinju kembali mencari panggungnya. Seiring dengan hal tersebut, nama-nama seperti Daud Yordan dan Ongen Saknosiwi kembali mencuat ke permukaan, menyemarakkan tinju yang mati suri.