upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin XXIV di Beijing (commons.wikimedia.org/Presidential Executive Office of Russia)
Piala Dunia di Qatar dan Olimpiade Musim Dingin di Beijing pada 2022 dianggap sebagai tahun sportswashing terbesar dalam sejarah. Beijing sendiri menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas 2008. Nah, 14 tahun kemudian, kota tersebut menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin 2022.
Namun, menjelang Olimpiade Musim Dingin 2022 muncul kontroversi karena China dituduh memindahkan warga Uighur, kelompok etnis mayoritas Muslim yang tinggal di provinsi Xinjiang di negara itu, ke kamp-kamp interniran sebagaimana yang diungkapkan The Guardian. Tak hanya itu, pemain Tenis asal China, Peng Shuai, menghilang sebelum bertanding di Olimpiade 2022 karena menuduh seorang pejabat tinggi Partai Komunis melakukan kekerasan seksual. Meski begitu, Peng Shuai akhirnya tiba-tiba muncul di awal pertandingan. Namun, banyak yang percaya bahwa Peng Shuai telah diancam oleh pemerintah untuk tidak membahas masalah kekerasan seksual tersebut.
Beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, Inggris, Kanada, dan Australia, mengumumkan rencana untuk memboikot Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022 secara diplomatik. Ini berarti, meski atlet dari negara-negara tersebut boleh bertanding di Olimpiade 2022, tetapi pejabat pemerintah tidak akan hadir di acara tersebut. Keputusan ini merujuk pada sejarah buruk China dalam masalah hak asasi manusia. Menurut banyak pihak, China sengaja mengalihkan isu tersebut dengan menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin 2022.
Percaya atau tidak, sportswashing memang terbukti ada. Beberapa pengamat bahkan membenarkan istilah sportswashing dalam penyelenggaraan kompetisi olahraga dunia. Tak heran, ya, mengingat daya tarik dunia pada pesta olahraga yang begitu besar. Jadi, bagaimana menurutmu?