Tenis meja telah dikenal di Inggris dari abad ke-19. Saat itu, tenis meja dikenal dengan nama pingpong, whiff whoff, atau gossima. Sebutan pingpong dipakai hampir di semua negara sampai ketika sebuah perusahaan asal Inggris, J. Jaques and Son, Ltd., menjadikannya merek dagang di tahun 1901.
Karena itu, pingpong cuma dipakai jika permainan memakai peralatan dari Jaques, kalau perusahaan lain memberi nama table tennis. Di saat itu, tenis meja jadi permainan di kalangan kelas atas dan sering dimainkan di dalam ruangan setelah makan malam.
Pada awalnya, peralatan yang dipakai cuma berupa meja, sebaris buku yang disusun di tengah meja sebagai net, bola golf, dan dua buah buku jadi pemukul bola. Tapi, di tahun 1901, seorang pencinta tenis meja, James W. Gibb, berhasil menemukan bola seluloid.
Di tahun yang sama, E.C. Goode menciptakan bet versi modern dengan cara memakai selembar lapisan karet yang berbintik-bintik di papan kayu yang permukaannya dihaluskan.
Inggris lantaa membentuk Table Tennis Association (TTA) di tahun 1921, disusul terbentuknya International Table Tennis Federation (ITTF) di tahun 1926, dan USA Table Tennis (USAT) di tahun 1933. Kejuaraan tenis meja pertama kali diadakan di London, Inggris, di tahun 1926.
Di tahun 1950, sebuah perusahaan alat olahraga di Inggris, S.W. Hancock, Ltd., memperkenalkan bet baru. Kayu berlapis karet disatukan dengan lapisan spons di bagian dasarnya sehingga menyebabkan tingkat kecepatan dan perputaran bola jadi tinggi.
Di Indonesia, olahraga itu pertama kali diselenggarakan sebagai kejuaraan yaitu di Pekan Olahraga Nasional (PON) pertama di Solo tahun 1948. Kalau di tingkat dunia, tenis meja baru resmi dipertandingkan di Olimpiade pada tahun 1988 di Seoul, Korea Selatan.