Pelatih Persija, Thomas Doll, memimpin latihan tim di Nirwana Park, Bojongsari (dok. Persija)
Lanjut dia, Doll dicap sebagai pelatih yang keras. Tentu bukan artian keras yang "kasar". Namun, dia menginginkan pemain di lapangan harus spartan dan berjuang semaksimal mungkin sampai laga berakhir.
Namun demikian, di balik sifat kerasnya, Doll dinilai sebagai pelatih yang mengayomi anak asuhnya. Arsitek asal Jerman itu diibaratkan sebagai bapak dari penggawa Macan Kemayoran ketika berada di tim.
"Keras, tapi dalam artian bukan pribadi kita di luar, keras di dalam sepak bola aja, di luar itu kayak bapak sendiri aja yang merangkul, ketawa-ketawa di ruang makan, selesai latihan ajak bercanda pemain, asik pelatihnya, komunikasi dekat," kata Rezaldi.
Namun demikian, Abimanyu enggan menganggap Doll dengan karakter yang keras. Sebab, semua pelatih memiliki gayanya masing-masing. Bagi Abi, Doll menuntut pemain Persija aktif meminta bola, dan membuka ruang.
"Kalo tanggapan saya, semua pelatih punya caranya masing-masing, tapi kalo secara keseluruhan main ngotot, banyak minta bola dan banyak lari," kata Abi.
Setali tiga uang dengan Abi, Firza juga merasa demikian. Menurutnya, Doll adalah pelatih yang mengedepankan fisik, dan taktik. Ilmu yang didapat dari Doll, belum pernah didapatkan dari klub sebelumnya.
"Saya pribadi, latihan fisiknya, taktiknya, beda dari latihan di klub sebelumnya. Kita diajarkan harus punya fisik kuat, belajar bola bawah, main bola pendek," kata Firza.