Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
fosseposse.sbnation.com
fosseposse.sbnation.com

Ada sebuah kisah dongeng yang tak akan pernah dilupakan di era Premier League tepatnya pada musim 2015/16 yang pada saat itu klub bernama Leicester City juara. Saat itu Leicester berhasil mendobrak dominasi duo Manchester serta Chelsea dalam menjuarai ajang Premier League. Namun, dalam beberapa musim terakhir setalah juara, Leicester tak dapat mengulang kembali prestasi tersebut dan hanya bertengger di papan tengah.

Namun, musim ini sepertinya akan kembali menjadi musim yang akan diingat oleh Leicester. Pasalnya, hingga pekan ke-14 ini mereka mampu berada di peringkat 2 klasemen sementara berada di bawah Liverpool. Lantas, apa alasan Leicester mampu melesat jauh musim ini?

1. Pertahanan yang kokoh

fourfourtwo.com

Kehilangan bek terbaik mereka di bursa musim panas kemarin dalam diri Harry Maguire bukan berarti pertahanan Leicester akan menjadi bulan-bulanan tim lain. Hingga saat ini, pertahanan Leicester menjadi yang paling sedikit kebobolan dengan catatan hanya 9 kali saja.

Walaupun tidak ada perubahan banyak di lini pertahanan, sosok Caglar Söyüncü dan juga Ricardo Pereira menjadi sorotan karena penampilan mereka yang sangat apik di awal musim ini. Alhasil, Manchester City sangat tertarik untuk memboyong Söyüncü di bursa transfer mendatang karena krisis bek tengah yang dialami mereka.

2. Vardy semakin tajam

foxsports.com.au

Jamie Vardy menjadi sorotan media masa saat berhasil membawa Leicester juara Premier League dengan mencetak 24 gol kala itu. Namun, di musim-musim selanjutnya penampilan Vardy cenderung menurun yang berdampak pada performa Leicester yang membuat klub ini hanya bertahan di papan tengah saja.

Tetapi musim ini Vardy kembali menunjukkan kelasnya sebagai penyerang haus gol. Hingga pekan ke-14 ini, Vardy sudah mencetak 13 gol dan di antaranya sudah mencetak 1 hattrick kala menghajar Southampton 9-0.

Dengan kembalinya ketajaman Vardy sama seperti saat membawa Leicester juara beberapa tahun lalu, bukan hal yang tidak mungkin jika di akhir musim nanti Leicester dapat membawa 1 tiket ke Liga Champions.

3. Tangan magis Rodgers

fourfourtwo.com

Nama Brendan Rodgers bukanlah nama yang asing bagi pecinta Premier League. Dirinya pernah menangani Liverpool pada tahun 2012-2015 di mana kala itu Liverpool nyaris saja menjadi juara dan setelah itu dirinya mencari suasana baru di Skotlandia dengan melatih Glasgow Celtic.

Datang menggantikan Claude Puel yang dipecat di akhir Februari musim lalu, Rodgers dapat membawa Leicester ke papan tengah setelah sebelumnya terseok-seok di papan bawah. Dan di awal musim ini, Leicester dibawa Rodgers melesat ke peringkat ke-2 klasemen sementara.

Kunci dari permainan Leicester musim ini adalah intensitas. Metode permainan yang terus menekan lawan saat memegang bola dan terus mengalirkan bola saat menguasai dengan tempo cepat menjadi ciri permainan Leicester di musim ini.

4. Hanya fokus di liga domestik

thenational.ae

Dengan anggota big six lain mesti membagi fokusnya di kompetisi Eropa, Leicester dapat berfokus sepenuhnya di liga domestik karena tidak mengikuti kompetisi apa pun di eropa. Hal ini bisa dibilang menguntungkan karena saat mereka menjuarai Premier League 4 tahun lalu pun mereka dalam posisi yang sama.

Juga saat Antonio Conte pertama kali melatih Chelsea yang saat itu sedang tidak ikut serta dalam kompetisi Eropa mana pun dapat membawa Chelsea juara Premier League dengan mudah. Dengan terpecahnya fokus langganan penghuni papan atas membuat kans Leicester sangat besar untuk kembali berlaga di Liga Champions musim depan.

5. Beberapa anggota Big Six sedang inkonsisten

thepeoplesperson.com

Awal musim ini bisa dibilang sebagai awal musim terburuk yang dilewati Manchester United, Arsenal serta Tottenham yang tampil inkonsisten sehingga membuat mereka sangat mudah kehilangan poin.

Tottenham di awal musim ini terseok-seok di bawah Pochettino, namun setelah beralih ke tangan dingin Mourinho, klub ini dapat merangsek naik ke peringkat 5 klasemen sementara walaupun terpaut 6 poin dari Chelsea yang berada di peringkat 4.

Hal yang lebih miris diperlihatkan oleh Manchester United dan Arsenal. Kedua klub ini baru menghasilkan 4 kemenangan dari 14 pertandingan yang telah dilewati.

Catatan ini tidak menggambarkan sama sekali bagaimana sosok Big Six yang sangat ditakuti pada musim-musim sebelumnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team