Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
goal.com
goal.com

Barcelona adalah salah satu klub dengan prestasi mentereng di ajang domestik Spanyol. Namun dalam beberapa musim terakhir, performa Blaugrana bisa dikatakan turun cukup drastis. Salah satu penyebabnya adalah kesalahan transfer yang dilakukan oleh Barcelona.

Tim asal Catalunya ini kerap kali membeli pemain yang mahal, tapi kurang maksimal kontribusinya. Tak hanya itu, Barcelona juga beberapa kali melepas pemain andalannya ke tim rival. Berikut ini 5 kesalahan transfer yang pernah dilakukan oleh Barcelona

1.Menjual Luis Suarez ke Atletico Madrid

goal.com

Sejak bergabung dari Liverpool pada tahun 2014, Luis Suarez merupakan salah satu pemain kunci selama waktunya di Camp Nou. Bersama Lionel Messi, ia berhasil membentuk rekan duet yang menjanjikan di lini depan.

Namun, Barcelona justru memilih menjual sang pemain ke Atletico Madrid pada musim panas 2020. Kini, penyerang asal Uruguay itu telah membantu Atletico Madrid berada di puncak klasemen LaLiga.

Suarez sudah menciptakan 19 gol dan 2 assist dari 25 pertandingan. Banyak penggemar sepak bola yang menilai keputusan Barcelona untuk melepas Suarez ke Atletico Madrid merupakan kesalahan fatal.

2.Membeli mahal Philippe Coutinho

Philippe Coutinho (goal.com)

Barcelona memboyong Philippe Coutinho dari Liverpool pada musim dingin 2018. Ketika itu, sang pemain digaet dengan biaya sebesar 145 juta euro atau setara dengan Rp2,4 triliun. Nilai itu menjadikan ia sebagai pembelian termahal sepanjang sejarah Barcelona.

Sayangnya, kontribusi yang ditunjukkan oleh Coutinho untuk Barcelona tidak sesuai harapan. Ia bahkan sempat dipinjamkan ke Bayern Munchen selama satu musim. Setelah kembali berseragam Barcelona pada musim ini, penampilan sang pemain masih belum juga memberikan dampak yang baik sejauh ini.

3.Membayar mahal untuk Antoine Griezmann dan Ousmane Dembele

goal.com

Selain Philippe Coutinho, Blaugrana juga dinilai banyak orang melakukan kesalahan dalam merekrut Antoine Griezmann dan Ousmane Dembele. Pasalnya, kedua pemain itu dibeli dengan biaya cukup mahal oleh Barcelona. Griezmann digaet Barca dengan biaya sebesar 120 juta euro atau setara dengan Rp2 triliun.

Sementara itu, Dembele dibeli dengan harga senilai 135 juta euro atau setara dengan Rp2,3 triliun. Sejauh ini, kedua pemain itu belum mampu tampil cemerlang bersama Barcelona. Padahal, kontribusi mereka sangat dibutuhkan oleh tim pada musim ini.

4.Menukar Miralem Pjanic dan Arthur Melo

bleacherreport.com

Pada bursa transfer musim panas 2020, Barcelona membuat kejutan dengan menukar Arthur Melo dan Miralem Pjanic dari Juventus. Barcelona mengambil keputusan tersebut tentu sudah dalam perhitungan matang.

Pjanic diharapkan mampu memberikan pengalaman dan kontribusinya untuk membantu Barcelona bangkit. Akan tetapi, pertukaran itu nyatanya tidak memberikan dampak yang positif bagi Blaugrana.

Pemain asal Bosnia-Herzegovina itu kesulitan untuk menembus tim reguler di bawah asuhan Ronald Koeman. Ia lebih banyak dimasukkan sebagai pemain pengganti pada musim ini.

5.Menjual Luis Figo

Luis Figo (goal.com)

Barcelona mendatangkan Luis Figo dari Sporting Lisbon pada tahun 1995. Selama berseragam Barcelona, ia berhasil menjelma menjadi salah satu pemain terbaik di Eropa. Namun, pada transfer musim panas 2000, Barcelona secara mengejutkan melepas pemain andalannya itu ke rival abadi, Real Madrid.

Saat itu, Real Madrid memboyong sang pemain dengan biaya sebesar 60 juta euro atau setara dengan Rp1 triliun. Ia pun langsung memainkan peran penting bagi Los Blancos di lini tengah. Pemain asal Portugal itu juga ikut mempersembahkan gelar Liga Champions pada musim 2001/2002.

 

Itulah lima kesalahan transfer yang pernah dilakukan oleh Barcelona sepanjang sejarah. Dari lima poin di atas, transfer mana yang paling merugikan bagi Barcelona?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team