5 Negara dengan Populasi Kecil yang Jago Sepak Bola, Mana Saja?

Melansir data sensus 2021 dari Biro Statistik Kroasia, total populasi negara Balkan ini adalah sekitar 3,87 juta. Jumlah ini berkurang sekitar 9,4 persen dari sensus sepuluh tahun lalu. Luas wilayahnya pun hanya 56.594 km persegi atau sekitar separuh Pulau Jawa. 

Dengan jumlah penduduk dan luas wilayah yang tergolong kecil, Kroasia ternyata mampu jadi salah satu kekuatan sepak bola terkuat di dunia. Kroasia pertama kali membuktikan kekuatannya pada dunia dengan lolos ke perempat final Piala Eropa 1996 dan semifinal Piala Dunia 1998. Namun, mereka gagal mengulang sukses tersebut sepanjang tahun 2000-2010-an. 

Sebuah kejutan terjadi pada Piala Dunia 2018 ketika mereka berhasil mencapai final. Sukses ini mereka ulang lagi pada Piala Dunia 2022 dengan mencapai semifinal. Pada 2020, laporan CIES Football Observatory juga mengungkap bahwa Kroasia merupakan salah satu dari 20 negara produsen pesepak bola kontributif terbesar di dunia. 

Tidak ada penjelasan pasti tentang kebangkitan Kroasia, tetapi ada beberapa argumen logis yang kiranya bisa menjelaskan fenomena ini. Clément Martel dari Le Monde berargumen bahwa Kroasia bak Brasil-nya Eropa. Artinya, mereka adalah sebuah negara yang diberkahi talenta-talenta natural dan bila diasah dengan baik akan membuahkan atlet-atlet profesional berkualitas.

Aimee Lewis dari CNN berpendapat Timnas Kroasia saat ini diisi generasi emas yang saat kecil merasakan pahitnya perang. Ini membuat mereka jadi sosok pemain yang tak mudah menyerah dan punya resiliensi tinggi. 

Menurut data PBB, pada 2021 estimasi jumlah penduduk Uruguay hanya sekitar 3,4 juta jiwa. Jumlah yang sangat kecil untuk sebuah negara yang sedikit lebih luas dari Pulau Jawa. Meski begitu, nasibnya sangat berbeda dengan Indonesia yang minim prestasi.

Mereka dinobatkan sebagai salah satu tim Amerika Selatan tersukses di Copa America dengan 15 raihan gelar juara. Uruguay juga sudah pernah menjuarai Piala Dunia sebanyak dua kali yaitu pada 1930 dan 1950.

Sebelumnya, mereka sudah pernah menggondol medali emas di Olimpiade untuk cabor sepak bola. Tepatnya pada tahun 1924 dan 1928. Itulah mengapa Uruguay berhak mencantumkan empat bintang pada emblem logo mereka. 

Sama dengan kasus Kroasia, tidak ada penjelasan gamblang yang menjelaskan anomali ini. Meski penduduknya tak seberapa, Uruguay diisi talenta-talenta brilian yang bahkan masih menonjol di usia mereka yang tak lagi muda.

Menurut liputan Nick Rider untuk The Independent, Uruguay memiliki sistem akademi yang baik. Mereka mampu melahirkan pemain-pemain muda berkualitas yang siap mewarnai panggung sepak bola tertinggi dunia yang terpusat di Eropa.  

Padahal, Uruguay tidak memiliki klub sepak bola yang mentereng seperti halnya Argentina yang punya River Plate dan Boca Juniors. Bukan pula Brasil yang dikenal dengan Internacional, Fluminense, Corinthians, dan lain sebagainya. 

Estimasi PBB menunjukkan bahwa negara seluas 51.179 km persegi ini hanya memiliki 5,1 juta penduduk. Angka yang juga cukup kecil, tetapi ternyata tidak membuat prestasi mereka di bidang sepak bola redup. 

Kosta Rika merupakan salah satu perwakilan CONCACAF tersukses selain Meksiko dan Amerika Serikat. Capaian tertinggi mereka terjadi pada Piala Dunia 2014 dengan menjuarai grup neraka dan mencapai perempat final. Pada edisi 2018 dan 2022, mereka gagal mengulang sukses yang sama. 

Apa kunci sukses mereka? Melansir liputan Chris Taylor dan Sid Lowe untuk The Guardian pada edisi Piala Dunia 2014 dan 2022, Kosta Rika berada di bawah asuhan pelatih yang berbeda, tetapi punya satu kesamaan. Keduanya tidak pernah menganggap pemain sebagai robot yang hanya diberi komando satu arah. 

Pemain Kosta Rika selalu diberi kebebasan untuk bisa mengambil keputusan sendiri di lapangan, tetapi tetap disiplin melakukan tekanan pada lawan. Meski bukan tim yang agresif menyerang, mereka punya pertahanan yang sulit ditembus. 

Jumlah penduduk Denmark tak jauh beda dari Kosta Rika dengan luas wilayah sekitar 43 ribu km persegi. Denmark juga bukan tim yang diunggulkan kala bicara sepak bola. Namun, mereka kini menuai hasil dari sistem pelatihan yang tertata apik. 

Menurut FIFA, Denmark mampu menjadi contoh ideal untuk sinergi antara klub, penyelenggara liga domestik, dan federasi sepak bola. Ditambah dengan atmosfer kompetisi untuk para pemula dan anak mudanya yang berorientasi pada (pengembangan kemampuan) ketimbang hasil dan capaian belaka. 

Denmark memang bukan eskportir pemain sepak bola terbesar di dunia, tetapi sejak beberapa tahun belakangan makin banyak talenta muda mereka yang berkarier di liga top dunia. 

Serbia adalah negara yang luas wilayahnya kurang dari 90 ribu km persegi dengan populasi sebanyak 7,3 juta jiwa menurut estimasi PBB pada tahun 2021. Meski jumlah penduduknya terbatas, mereka ternyata sering jadi target para scouting agent untuk mencari bibit-bibit unggul di bidang sepak bola. Ini sesuai dengan data dari CIES Footbal Observatory yang menunjukkan bahwa Serbia masuk dalam 10 besar negara eksportir pemain sepak bola. 

Tidak hanya sepak bola, Serbia juga menonjol di berbagai cabor lain seperti voli, tenis, dan basket. Negara pecahan Yugoslavia ini sepertinya masih mewarisi gaya negara-negara sosialis di masa lalu yang berusaha menciptakan citra sukses lewat prestasi olahraga untuk menyaingi perkembangan ekonomi pesat negara-negara kapitalis. 

Jumlah penduduk sedikit ternyata tidak membatasi kelima negara di atas untuk berprestasi. Ternyata pilihan yang terbatas justru membuat mereka mencari cara efektif dan efisien untuk mengembangkan apa yang ada. Kasus yang menarik, bukan?