6 Klub Medioker Eropa yang Lihai Gaet Talenta Terbaik Dunia

SL Benfica merupakan salah satu gudang talenta muda terbaik dunia. Pola ini sudah terlihat sejak lama. Melansir liputan The National pada 2016 yang melakukan wawancara langsung dengan CEO Benfica saat itu, Domingos Oliveira, klub sengaja merekrut pemain-pemain berusia 18—19 tahun.

Tujuannya untuk menempa mereka sejak dini guna menghasilkan pemain yang matang secara pengalaman dan usia beberapa tahun ke depan. Hasilnya kadang terlihat saat pemain memasuki usia awal 20-an, seperti yang saat ini terjadi pada Goncalo Ramos, Antonio Silva, dan Enzo Fernandez.

Pada masa lalu, pencinta sepak bola mungkin mengingat David Luiz, Ederson, dan Angel Di Maria. Ketiganya juga jebolan Benfica sebelum direkrut tim raksasa Eropa. 

Sebelum Benfica, sebenarnya Sporting Lisbon lebih dulu dikenal sebagai pabrik pemain muda potensial, terutama yang berasal dari Portugal dan Brasil. Beberapa nama prominen yang merupakan jebolan Sporting, antara lain Luis Figo, Nani, Joao Mountinho, hingga Cristiano Ronaldo.

Dengan rekor ini, Sporting Lisbon menjadi klub yang dua jebolannya berhasil merengkuh Ballon d'Or. Sebuah pencapaian yang sayangnya tidak membuat mereka dapat label klub dominan di turnamen internasional.

Sama dengan dua klub Portugal sebelumnya, FC Porto juga menggunakan strategi yang serupa untuk bisa bertahan di tengah persaingan bisnis yang ketat. Melansir These Football Times, Porto punya scout internal dan eksternal yang ditugaskan untuk mencari bakat-bakat dari pelosok Portugal dan Amerika Selatan.

Di Portugal, mereka tak segan menarik pemain-pemain mencolok dari klub-klub asal kota terpencil, seperti CS Maritimo dan Pacos de Ferreira. Beberapa nama penting yang berhasil diorbitkan Porto, antara lain Hulk, Pepe, dan Ricardo Quaresma. Pemain terbaru adalah Otavio dan Mehdi Taremi. 

Sevilla FC memang klub papan atas Spanyol, tetapi di level regional Eropa, mereka bukan salah satu nama yang langganan tampil di UEFA Champions League (UCL). Menariknya, meski masuk klub sederhana, Sevilla berhasil memperkenalkan beberapa pemain potensial. 

Sebut saja Jose Antonio Reyes, Sergio Ramos, dan Julio Baptista pada era 2000-an. Beberapa penggawa mereka juga sering memukau ketika berlaga bersama timnas masing-masing di berbagai turnamen internasional. Pada Piala Dunia 2022, misalnya, Sevilla diwakili  Yassine Bounou, Marcos Acuna, dan Gonzalo Montiel yang tampil apik. 

Dibanding ketiga tim sebelumnya, Sevilla lebih lihai mencari pemain dari berbagai latar belakang. Itu termasuk Afrika Utara dan Eropa Timur.

Terlepas dari kontroversinya, RB Salzburg harus diakui memiliki tim scout yang mumpuni. Meski memiliki dana yang cukup besar dari hasil akuisisi sebuah perusahaan minuman energi terkemuka, sang direktur olahraga mereka saat itu, Ralf Rangnick, memilih untuk merekrut pemain-pemain muda.

Melansir liputan BBC, RB Salzburg jarang menggaet pemain berusia lebih dari 23 tahun. Ketimbang menggelontorkan dana untuk membeli atlet-atlet yang sudah matang, Salzburg memutuskan memfasilitasi pengembangan talenta muda berbakat yang belum terasah.

Meski disebut sebagai langganan fase grup UCL, Dinamo Zagreb ternyata dikenal sebagai salah satu klub dengan akademi terbaik di Eropa. Bahkan, menurut CIES Football Observatory, sistem pengembangan pemain muda mereka masuk dalam lima besar terbaik. Ini terbukti dengan alumni mereka yang kini mewarnai skuad di klub-klub raksasa Eropa. 

Nama paling mencolok tentu Luka Modric, Dejan Lovren, Vedran Corluka, dan Mateo Kovacic. Terbaru, para jebolan mereka juga mendominasi Timnas Kroasia yang penampilannya moncer pada dua edisi Piala Dunia, yaitu 2018 dan 2022. 

Ada tiga tipe tim dalam sepak bola. Pertama, tim kaya yang dengan mudahnya mencomot pemain yang sudah matang secara pengalaman. Kedua, tim medioker yang menggaet pemain muda untuk dibina dan dijual guna membiaya operasional klub saat mereka bersinar. Terakhir, tim-tim kecil yang jadi klub pertama untuk talenta lokal yang ingin menjajal kemampuan mereka.