Liverpool merupakan salah satu tim yang cukup sering melepas pemain bintangnya secara cuma-cuma ke klub lain. Padahal, sederet pemain tersebut dinilai miliki andil besar atas berbagai gelar yang diraih The Reds.
Para pemain tersebut tak jarang menjadi pahlawan di saat-saat penting berkat gol maupun penyelamatan yang gemilang. Berikut delapan pemain Liverpool yang dilepas secara gratis meski sebelumnya punya peran penting dalam kesuksesan klub.
Divock Origi punya banyak momen berkesan meski jarang mendapat kesempatan bermain dari Jurgen Klopp. Salah satu yang paling ikonik ketika Ia menjadi pahlawan Liverpool menjuarai Liga Champions 2019.
Origi kala itu menceploskan gol ke gawang Barcelona di laga semifinal dan Tottenham Hotspur di final. Namun, kebersamaan Liverpool dengan pemain asal Belgia tersebut kini telah berakhir. Origi telah resmi berkostum AC Milan mulai musim 2022/2023.
Sama seperti Divock Origi, Wijnaldum juga merupakan pahlawan The Reds ketika Liverpool melakukan comeback luar biasa melawan Barcelona. Gelandang asal Belanda tersebut juga merupakan salah satu andalan Jurgen Klopp.
Wijnaldum tampil dalam lebih dari 200 pertandingan dan mencetak 22 gol selama berada di Anfield. Kini ia membela Paris Saint-Germain setelah dikontrak secara cuma-cuma pada musim panas 2021 lalu.
Meski pada akhir masa baktinya tak terlalu sering mendapat menit bermain, siapa yang bisa melupakan duet Sturridge bersama Luis Suarez yang hampir membuahkan gelar Liga Inggris di musim 2013/2014. Kala itu duet maut Sturridge-Suarez jadi momok yang sangat menakutkan bagi lini pertahanan lawan.
Di musim tersebut Sturridge sukses mencetak 21 gol. Catatannya hanya kalah banyak dari Suarez. Rangkaian cedera terpaksa membuat Sturridge akhirnya dilepas secara gratis menuju Trabzonspor pada 2019.
Steven Gerrard begitu loyal membela The Reds sejak ia masih sangat muda. Gerrard juga merupakan sosok kapten yang begitu dihormati oleh para rekan dan pendukungnya di Liverpool.
Gerrard yang kini menjadi pelatih Aston Villa juga telah memersembahkan beberapa gelar bergengsi, termasuk saat ia menjadi pemicu comeback gemilang atas AC Milan pada final Liga Champions 2005 yang monumnetal. Sayangnya, meski begitu loyal membela Liverpool, Gerrard nyatanya tak pensiun bersama tim asal Merseyside tersebut. Ia dilepas secara gratis ke klub Major League Soccer, Los Angeles Galaxy, pada 2015.
Sami Hyypia merupakan benteng kokoh di lini pertahanan Liverpool. Sejak kedatangannya pada 1999 dari Willem II, pemain asal Finlandia tersebut sukses mencatatkan 464 pertandingan bersama The Reds.
Namun, Hyypia justru meninggalkan Anfield tanpa biaya sepeser pun pada 2009 ketika ia hengkang ke Bayer Leverkusen. Hyypia pergi dari Liverpool setelah menyumbang masing-masing satu gelar Liga Champions dan Piala FA.
Jerzy Dudek punya momen tak terlupakan ketika Liverpool menjadi juara Liga Champions 2005. Ia tampil tenang di bawah mistar gawang untuk menepis berbagai serangan dari pemain AC Milan.
Ketenangannya di babak adu penalti pada akhirnya membawa The Reds menggapai trofi si Kuping Besar. Kiper asal Polandia tersebut akhirnya meninggalkan Anfield pada 2007 ke Real Madrid setelah 6 musim membela Liverpool.
Robbie Fowler merupakan penyerang berbahaya yang pernah dimiliki Liverpool pada era 90-an. Namun, insiden ketegangan dengan pelatih Liverpool saat itu, Gerard Houllier, membuatnya pergi ke Leeds United di 2001.
Empat musim berselang, Fowler kembali berkostum Liverpool. Namun, penampilannya tak setajam sebelumnya. Fowler akhirnya meninggalkan Anfield pada 2007 ketika kontraknya berakhir.
Satu lagi pahlawan Liverpool pada final Liga Champions 2005 melawan AC Milan, Vladimir Smicer. Tendangan kerasnya tak mampu ditepis oleh Nelson Dida sehingga membuat Liverpool menipiskan kedudukan.
Namun, momen itu juga merupakan pertandingan terakhir bagi pemain asal Republik Ceko tersebut bersama Liverpool. Usai musim, Smicer hengkang ke Bordeaux setelah enam musim berada di Anfield dengan sumbangsih 19 gol.
Jika tidak habis kontrak dengan status habis masa kontrak, seharusnya Liverpool bisa meraup keuntungan fantastis lewat kepergian sederet pemain tersebut. Apakah hal ini bisa disebut sebagai salah satu kegagalan strategi transfer manajemen Liverpool?