Selain catatan statistik yang buruk, Julen Lopetegui juga dinilai gagal dalam mengelola tekanan dan melakukan adaptasi taktik. Kekalahan demi kekalahan membuat atmosfer ruang ganti menjadi tidak kondusif. Pelatih berusia 58 tahun ini dikabarkan beberapa kali berselisih dengan beberapa pemain, seperti Mohamed Kudus, Alphonso Areola, dan Jean-Claire Todibo. Bahkan Todibo sempat mengancam akan hengkang dari klub jika sang pelatih tak segera dipecat.
Selain itu, perubahan gaya bermain setelah kepergian David Moyes juga menimbulkan masalah. Beberapa pemain diduga merasa kesulitan menyesuaikan diri dengan strategi baru, yang pada akhirnya berdampak pada performa kolektif tim. Kaveh Solhekol dari Sky Sports bahkan menyebut bahwa masalah pertahanan tim merupakan cerminan dari ruang ganti yang kurang harmonis.
Tekanan terhadap Lopetegui juga datang dari internal yang mulai memengaruhi stabilitas tim. Selama beberapa bulan terakhir masa jabatannya, Lopetegui berada di bawah tekanan yang semakin meningkat. Dewan direksi klub sendiri sempat terpecah dalam keputusan untuk memecatnya.
Pada Desember 2024, laporan menyebutkan bahwa terdapat perpecahan 60-40 di antara anggota dewan klub terkait nasib Lopetegui. Meskipun berhasil meraih kemenangan dalam pertandingan melawan Wolvehampton Wanderers dan Southampton, hasil itu tidak mampu mengubah arah tim secara signifikan yang berujung pemecatan sang pelatih.
Meskipun Julen Lopetegui datang dengan rekam jejak yang mengesankan sebelumnya, fakta bahwa West Ham United gagal bersaing di papan atas Premier League dan masih bermasalah dengan pertahanan adalah faktor utama yang mempengaruhi keputusan tersebut. Graham Potter menjadi kandidat kuat untuk menggantikan Lopetegui sebagai pelatih kepala