Alasan Timnas Eropa Timur Sulit Raih Prestasi di Euro

Pernah jadi kekuatan sepak bola terbesar di Eropa saat masih bernama Uni Soviet dan Yugoslavia, dua entitas politik blok komunis yang kini pecah jadi beberapa negara itu sudah lama tak mengicip final Euro. Titik balik terjadi pada 1980-an saat ekonomi negara-negara penganut komunisme di dunia, termasuk keduanya, kolaps.
Sejak itu, tim-tim Eropa Barat langsung mendominasi turnamen sepak bola 4 tahunan tersebut. Setelah 3 dekade sejak keruntuhan Soviet dan Yugoslavia dan sistem komunisme tak dianggap relevan lagi, mengapa timnas negara-negara Eropa Timur tampak belum bisa meraih prestasi berarti di Euro? Berikut beberapa alasannya.
1. Masih sulit melakukan privatisasi ala negara-negara Eropa Barat
Salah satu alasan yang paling sering disenggol adalah ketidakmampuan negara-negara bekas blok komunis beradaptasi dengan sistem kapitalisme. Saat masih menganut komunisme, tim-tim sepak bola di negara-negara itu, baik timnas maupun klub dapat suntikan dana besar dari pemerintah. Tidak ada upaya privatisasi dan kerja sama dengan sektor swasta yang bisa menolong saat akhirnya ekonomi mereka kolaps pada 1980-an. Tak heran bila akhirnya pengembangan infrastruktur dan pemain pun terlambat dibanding tim-tim asal Eropa Barat.
Meski tertatih-tatih, negara-negara blok Timur ini tampak enggan melakukan revolusi total. Industri olahraga Georgia, Hungaria, Ukraina, Serbia, Rusia, dan Rumania masih dikuasai gerombolan oligarki. Lewat PM Viktor Orban, Hungaria kembali mengadopsi pengembangan sepak bola ala negara blok komunis yang berpusat dari inisiasi dan dana pemerintah pusat.