Waldemar Anton, pemain keturunan Rusia yang membela Timnas Jerman di Euro 2024. (instagram.com/wowaanton31)
Dua alasan sebelumnya jelas bikin atmosfer sepak bola di negara-negara Eropa Timur dan bekas blok komunis tak ideal untuk para pemain. Tak pelak banyak pemain berbakat yang memilih melakukan eksodus ke luar negeri. Entah lewat jalur pribadi maupun profesional, mengingat klub-klub Eropa Timur juga sering tergoda menjual pemain berbakat mereka ke klub yang relatif lebih kaya di Eropa Barat untuk menyeimbangkan neraca keuangan mereka. Kroasia dan Serbia masuk daftar sepuluh negara eksporter pemain bola terbesar di dunia pada 2017—2022 berdasar amatan CIES Football Observatory. Mereka disusul Ukraina dan Bosnia Herzegovina di urutan 20 dan 21.
Meski punya banyak diaspora di luar negeri, negara Eropa Timur tampak enggan atau terlambat memanggil pemain-pemain itu untuk memperkuat timnas. Rusia dan Serbia kehilangan momen untuk memanfaatkan jasa Waldemar Anton dan Aleksandar Pavlovic yang kini jadi bagian dari skuad Jerman untuk Euro 2024. Sayangnya, Pavlovic tak jadi berpartisipasi di Euro karena radang amandel.
Borna Sosa (Kroasia) sempat hendak ditarik jadi bagian dari timnas Jerman pada Euro 2020, tetapi terjegal regulasi FIFA. Josip Stanišić (Kroasia) juga sempat membela Jerman U-18 sebelum ditarik tim senior Kroasia pada 2021. Lazar Samardžić pernah membela timnas kelompok usia Jerman dan baru terdeteksi Serbia pada 2023. Granit Xhaka dan Sherdan Shaqiri (keduanya dari Kosovo) memilih membela Timnas Swiss. Sejauh ini, baru Hungaria yang gencar memburu pemain diaspora dan keturunan mereka di luar negeri untuk membela timnas. Willi Orban adalah salah satu hasilnya.
Menariknya, keikutsertaan tim-tim asal Eropa Timur dan bekas blok komunis bertambah drastis pada Euro 2024 ini. Dari yang biasanya hanya 4—8 tim dalam 1 turnamen, jumlah mereka kini mencapai 11 berkat kehadiran Georgia dan Albania. Apakah bakal ada juara Euro dari Eropa Timur dalam waktu dekat?