TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

RB Salzburg Diam-diam Jadi Penyedia Pemain Terbesar di Timnas Austria

Sisi positif di balik kontroversinya 

Nicolas Seiwald, salah satu pemain RB Salzburg, bermain di Timnas Austria. (instagram.com/fcredbullsalzburg)

Dari namanya saja sudah terindikasi bahwa RB Salzburg dapat sokongan besar dari sebuah jenama minuman berenergi terkenal. Dari nama itu pula, kamu pasti sudah berburuk sangka kepada mereka.

Ini hal yang lumrah. Sama dengan RB Leipzig yang dibenci pencinta sepak bola Jerman, RB Salzburg juga sempat menuai kontroversi saat melebarkan sayapnya di Austria. Namun, ternyata ada fakta yang kontradiktif dengan citra buruk tersebut.

Beberapa tahun terakhir, RB Salzburg telah menyumbang talenta terbaik mereka ke Timnas Austria. Bagaimana bisa? Simak sepak terjang RB Salzburg berikut ini!

1. RB Salzburg awalnya mengakuisisi klub lokal berjuluk SV Austria Salzburg

klub SV Austria Salzburg yang awalnya diakuisisi Red Bull (instagram.com/austriasalzburg)

Merujuk liputan COPA90 pada 2016, Red Bull sebenarnya ingin mengakuisisi sebuah klub lokal berjuluk SV Austria Salzburg. Klub tersebut sudah berdiri sejak 1933. Mereka memiliki suporter setia walau beberapa kali terelegasi ke kasta kedua.

Pada akhir 1990-an sampai awal 2000-an, mereka mengalami krisis keuangan disertai turunnya performa tim. Ketertarikan Red Bull bak angin segar yang disambut gembira oleh klub dan suporter. Namun, semua berubah ketika perusahaan sponsor tersebut mengubah identitas krusial tim dan terkesan tak peduli dengan tradisi mereka.

Sejak berdiri, SV Austria Salzburg identik dengan warna ungu/putih. Menurut laman resmi mereka, warna tersebut dipilih sebagai upaya melawan potensi politisasi yang marak terjadi di Eropa pada era 1930—1940-an. Ungu menurut para pendiri merupakan warna netral yang tidak terafiliasi dengan parpol mana pun dan otomatis memancarkan nilai-nilai independensi.

Ketika Red Bull ingin mengganti kostum tim jadi merah/putih (kandang) dan biru gelap (tandang) sesuai dengan identitas perusahaan, jajaran klub dan suporter SV Austria Salzburg menolak mentah-mentah. Akuisisi yang sudah terlanjur terjadi pun tidak dapat dibatalkan.

Jajaran klub dan suporter yang ingin mempertahankan tradisi akhirnya membentuk persatuan Violet-Whites dan mendaftarkan hak paten atas nama SV Austria Salzburg pada 2005. Sebagai klub baru, mereka harus memulai dari kasta ketujuh, terendah di Austria.

Baca Juga: 10 Fakta Luka Sucic, Gelandang RB Salzburg yang Diincar Liverpool

2. Bangun klub dengan branding baru sesuai identitas perusahaan sponsor

kostum merah/putih RB Salzburg (instagram.com/fcredbullsalzburg)

Itu berbeda dengan RB Salzburg yang bisa memulai musimnya di kasta pertama, Bundesliga Austria, mewarisi status SV Austria Salzburg. Dengan suntikan dana segar, mereka pun membangun fasilitas-fasilitas terbaik, merekrut staf pelatih dan pelatih baru, serta mendatangkan pemain-pemain muda.

Pada musim perdana mereka di Bundesliga Austria sebagai RB Salzburg, tim ini langsung merangsek ke posisi runner-up klasemen akhir. Pada musim keduanya, 2006/2007 mereka langsung merengkuh gelar juara Bundesliga Austria. Dari yang hanya mencetak belasan kemenangan per musim saat masih bernama SV Austria, sejak 2005/2006, mereka bisa mencatatkan lebih dari 20 kemenangan per musim.

3. Fasilitasi para pemainnya berkarier di liga top Eropa

Marcel Sabitzer (instagram.com/marcel7sabitzer)

RB Salzburg juga berhasil memfasilitasi banyak pemain jebolannya untuk melanjutkan kariernya ke liga-liga top Eropa. Awalnya di klub satu sponsor mereka di Jerman, RB Leipzig. Lama kelamaan, klub Bundesliga Jerman lain mulai tertarik. Sebut saja Eintracht Frankfurt, Hertha Berlin, Werder Bremen, bahkan Borussia Dortmund dan Bayern Munich. 

Menjelang 2020-an, pemain-pemain RB Salzburg mulai dilirik klub-klub English Premier League (EPL). Beberapa yang paling santer adalah Erling Haaland, Naby Keïta, Marcel Sabitzer, dan Maximilian Wober. Meski okupansi stadion mereka selalu jadi bahan hinaan suporter klub rival, RB Salzburg punya kemampuan scouting yang mumpuni.

Mereka cukup mahir berbisnis di sektor sepak bola. Meski tak memiliki penggemar setia yang akan membeli merchandise dan menonton pertandingan tandang mereka, RB Salzburg tahu benar cara meraup profit dari pengembangan talenta muda berbakat. Lihat bagaimana klub secara strategis jarang merekrut pemain yang sudah berusia matang. 

4. Beberapa tahun terakhir mendominasi Timnas Austria

Nicolas Seiwald, salah satu pemain RB Salzburg, bermain di Timnas Austria. (instagram.com/nicolasseiwald)

Statistik menarik RB Salzburg untuk Timnas Austria sebenarnya sudah terlihat sejak kehadiran mereka pada pertengahan 2000-an. Rapid Wien dan Sturm Graz masih mendominasi ketika Austria untuk pertama kalinya lolos ke putaran final Piala Eropa 2008. Sementara, RB Salzburg hanya mengirim dua perwakilan. Itu belum termasuk tiga pemain mereka yang berstatus sedang dipinjamkan ke klub lain.

Pada Piala Eropa 2016, giliran dua alumnus RB Salzburg, Marcel Sabitzer dan Stefan Ilsanker, yang berkontribusi. Kala Austria berhasil mencapai babak 16 besar pertama kali dalam sejarah pada Piala Eropa 2020, lima pemain berlatar belakang RB Salzburg disertakan. Mereka adalah Sabitzer, llsanker, ditambah Andres Ulmer, Martin Hinteregger, dan Stefan Lainer.

Jumlah mereka bertambah jadi tujuh jika menilik susunan skuad Timnas Austria 2022/2023. Ada setidaknya tiga pemain aktif RB Salzburg dalam skuad, yakni Junior Adamu, Nicolas Seiwald, dan Andres Ulmer. Masih ditambah empat alumnus, Marcel Sabitzer, Maximilian Wober, Konrad Laimer, dan Romano Schmid.

Baca Juga: 5 Pemain RB Salzburg dengan Nilai Pasar Termahal pada 2022/2023  

Verified Writer

Dwi Ayu Silawati

Pembaca, netizen, penulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya