Walau start awalnya belum mencetak gol, kualitas teknis dan fisik Benjamin Sesko sudah menegaskan dirinya sebagai penyerang dengan prospek besar. Dengan tinggi badan 195 sentimeter, ia memiliki keunggulan dalam duel udara yang melampaui Rasmus Hojlund maupun Joshua Zirkzee. Kecepatan larinya yang mencapai 35,7 km/jam di Bundesliga Jerman musim lalu menempatkannya sejajar dengan penyerang cepat seperti Alexander Isak dan hanya sedikit di bawah Erling Haaland.
Kemampuannya dalam menyelesaikan peluang juga menunjukkan variasi yang luas. Menurut Opta Analyst, selama 2 musim di RB Leipzig, dari 25 gol nonpenalti, ia mencetak 13 dengan kaki kanan, 4 dengan kaki kiri, dan 8 lewat sundulan. Ini membuktikan, ia bukan hanya penyerang satu dimensi, melainkan juga pemain dengan fleksibilitas tinggi dalam berbagai situasi. Akan tetapi, konsistensi menjadi pekerjaan rumah utama, karena catatan golnya masih sering datang dalam bentuk streak singkat sebelum kemudian menurun.
Manchester United sendiri tidak menuntut Sesko langsung mencetak 20 gol pada musim perdananya. Dengan kehadiran Matheus Cunha dan Bryan Mbeumo yang juga menjadi ancaman gol dari sisi sayap, beban mencetak gol tidak sepenuhnya berada di pundak Sesko. Klub harus memberi ruang baginya untuk berkembang secara bertahap, dengan harapan ia bisa berevolusi dari pencetak gol ulung yang konsisten. Dengan menit bermain yang lebih reguler dan suplai bola yang lebih stabil, Sesko berpotensi tumbuh menjadi penyerang utama MU dalam jangka panjang.
Fans Manchester United seharusnya tidak perlu khawatir dengan performa awal Benjamin Sesko. Ia hanya perlu diberi waktu dan ruang untuk menyesuaikan dan tumbuh dalam skema Ruben Amorim. Jika didukung dengan sistem yang lebih stabil serta chemistry yang kian terbangun bersama rekan-rekan barunya, ia berpotensi menjelma sebagai solusi utama lini depan MU pada masa mendatang.