Liverpool memainkan high press atau tekanan tinggi kepada Tottenham sejak menit pertama. Diaz dan Szoboszlai menarik dua bek tengah Tottenham sehingga menciptakan ruang untuk Salah dan Trent Alexander-Arnold untuk mengeksploitasi lini pertahanan dari kanan. Terlebih lagi, bek kiri Tottenham, Djed Spence, naik terlalu tinggi saat membantu serangan dan terlambat menutup lubang di lini pertahanan. Salah dan Alexander-Arnold memanfaatkan kelemahan organisasi pertahanan Tottenham itu dengan baik.
Ditambah lagi, Spence kerap kali mendapat tekanan tinggi dari para pemain Liverpool. Ia kesulitan membentuk kombinasi dengan Son Heung Min akibat tidak ada ruang untuk melakukan dribel atau memberikan operan. James Maddison sebagai gelandang serang kerap kali membantu menjembatani antara Spence dan Son di sayap kiri. Alhasil, Tottenham tidak memiliki gelandang serang di lini tengah sehingga Dominic Solanke tidak mendapat bola. Selain itu, Tottenham kesulitan membangun serangan karena gagal keluar dari tekanan Liverpool dan kehilangan bola.
Dilansir Fotmob, Tottenham memang lebih dominan dalam penguasaan bola yang mencapai 52 persen sedangkan Liverpool hanya 48 persen. Namun, The Lilywhites hanya melepaskan 9 tembakan dengan 5 kali mencapai sasaran dan 3 di antaranya menghasilkan gol. Sementara itu, Liverpool menembak 24 kali, 12 tepat sasaran, 11 terhitung sebagai peluang emas, dan 6 di antaranya berhasil menjadi gol.