Mason Mount memperlihatkan kontribusi menyerang yang kian lengkap sepanjang musim 2025/2026. Ia mencetak 3 gol krusial, masing-masing melawan Sunderland, Crystal Palace, dan Wolverhampton Wanderers, dan seluruh gol tersebut selalu berakhir dengan kemenangan bagi Manchester United. Kualitas eksekusi setiap gol menunjukkan variasi yang solid, mulai dari penyelesaian dua kaki melawan Sunderland, kombinasi bola mati cepat dengan Bruno Fernandes menghadapi Palace, hingga timing berlari di belakang garis bek Wolves yang menghasilkan gol ketiga MU pada laga di Molineux.
Performanya tidak hanya hadir dalam bentuk gol karena ia berulang kali memicu kombinasi cepat yang memecah tekanan lawan melalui sentuhan 1-2 dan umpan progresif. Dalam struktur 3-4-2-1, Mount menjalankan peran inside-left number 10 dengan pemahaman ruang yang cemerlang. Ia berulang kali menempati celah antara bek sayap dan bek tengah lawan sehingga memudahkan progresi bola cepat dari lini belakang maupun dari build-up pendek.
Salah satu contoh paling jelas muncul ketika ia menerima umpan panjang dari Altay Bayindir saat menghadapi Arsenal pada pekan pertama Premier League. Ia memosisikan diri tepat di antara Ben White dan William Saliba sehingga menciptakan sudut penerimaan yang optimal. Posisi semacam ini memudahkan MU mempercepat ritme serangan tanpa harus memaksa bola diarahkan ke tengah.
Kemampuannya mengeksekusi umpan kreatif juga memperkuat dinamika serangan Setan Merah. Ia mampu melepas through ball mendalam kepada Bryan Mbeumo, mengalihkan permainan ke sisi berlawanan secara akurat, dan umpan-umpan terukur yang membuka ruang bagi wing-back untuk naik membantu serangan. Variasi umpan ini memperkaya pola progresi MU dan mengurangi kemungkinan lawan memprediksi skema serangan cepat. Selain itu, Mount tampil efektif sebagai pemain play-and-move yang sering memainkan backheel turn, umpan sekali sentuh, atau gerakan tanpa bola yang menciptakan jalur eksploitasi baru untuk rekan setim.
Peran sebagai fasilitator kian terlihat ketika ia bekerja sama dengan Patrick Dorgu dan Luke Shaw di sisi kiri. Menurut The Athletic, Dorgu mampu tampil lebih baik berkat keberadaan Mount yang tahu kapan harus melebar, masuk half-space, atau turun membantu build-up. Keberanian Mount untuk rotasi posisi, menahan lebar area, atau masuk ke ruang sempit memberikan keluwesan yang mempercepat sirkulasi bola. Amorim memanfaatkan kapasitas ini dengan menginstruksikan Mount untuk mengisi ruang yang tidak selalu bisa ditempati striker atau wing-back, sehingga struktur serangan MU tetap terjaga dalam tempo tinggi.