Berdasarkan pengalaman, jadwal semusim penuh yang dibuat Premier League saat awal memang tidak pernah terlaksana secara sempurna. Setidaknya, ada dua faktor terbesar yang menyebabkannya berubah. Pertama adalah penyesuaian dengan jam tayang.
Pemegang hak siar Premier League di Inggris Raya memang diberi kesempatan untuk menentukan pertandingan mana yang ingin mereka tayangkan antara Jumat hingga Senin pukul 20.00 waktu setempat. Sky Sports menjadi pihak yang mendapat keistimewaan tersebut. Kemudian, mulai 2013/2014, TNT Sports, yang bernama BT Sports hingga 2023, juga menerimanya.
Meski begitu, terdapat pengecualian. Kedua perusahaan itu dan seluruh pemegang hak siar pertandingan sepak bola lainnya di Inggris Raya dilarang menayangkan laga yang melakukan kick-off pada pukul 15.00. Kebijakan yang disebut blackout ini sudah berlaku sejak 1960 sebagai salah satu cara menjaga kehadiran penonton di stadion.
Alasan kedua yang membuat jadwal pertandingan Premier League bisa berubah adalah keterlibatan para pesertanya di kompetisi lain. Terutama yang dikelola UEFA karena pelaksanaannya yang juga rutin. Liga Champions digelar pada Selasa dan Rabu, sedangkan laga Liga Europa serta Liga Konferensi Eropa berlangsung pada Kamis. Premier League harus menemukan waktu yang tepat bagi klub-klub tersebut karena mereka yang berhak mendapat istirahat minimal 2 hari sebelum kembali berlaga.
Dengan begitu, tim yang bermain di Liga Champions pada Selasa dipastikan tidak akan bermain pada Minggu sebelumnya di Premier League. Sebaliknya, peserta Liga Europa dan UECL yang beraksi pada Kamis tidak akan memainkan laga Premier League pada Sabtu. Pengaturan ini mungkin bakal berbentrokan dengan permintaan siaran dari Sky Sports atau TNT Sports serta kebijakan blackout. Itu mengapa pergantian jadwal pun akhirnya bisa terjadi.
Tim-tim yang melaju jauh di Piala FA atau Piala Carabao juga harus menggeser jadwal pertandingan Premier League mereka. Sebabnya, laga semifinal dan final Piala FA serta final Piala Carabao digelar pada akhir pekan yang sama ketika Premier League melangsungkan pertandingan. Contoh terbaru terjadi pada 2024/2025 di mana Manchester City, Crystal Palace, Liverpool, serta Newcastle United merasakannya.
Jadwal semusim penuh memang dibuat Premier League menggunakan superkomputer. Namun, EPL dan Glen Thompson menjadi otak di belakangnya karena harus merumuskan formula-formula yang begitu rumit. Bagi penyelenggara kompetisi sepak bola, ini tentu tidak bisa dianggap remeh karena merupakan salah satu tolak ukur jika ingin dianggap profesional dan kredibel.