Kehebatan Sommer tidak berhenti pada teknik individu, tetapi juga terlihat dalam kemampuannya mengendalikan dinamika pertahanan tim. Sepanjang laga, ia secara konsisten mengatur posisi para bek, khususnya saat menghadapi pergerakan cepat pemain-pemain Barcelona. Ia memanfaatkan sudut pandangnya sebagai satu-satunya pemain yang bisa melihat seluruh lapangan untuk memberi instruksi langsung kepada pemain belakang seperti Carlos Augusto dan Francesco Acerbi.
Komunikasi Sommer terlihat paling jelas saat menghadapi serangan bertubi-tubi Barcelona dalam waktu normal dan perpanjangan waktu. Dengan gestur tangan, teriakan, dan bahasa tubuh, ia mengarahkan blok pertahanan agar tidak membuka jalur tembak. Sebagai contoh, dalam sebuah situasi, ia dan Augusto bekerja sama membagi tanggung jawab penjagaan tiang gawang. Augusto mengamankan sisi dekat sementara Sommer berkonsentrasi ke sudut jauh. Praktik ini menyerupai strategi penjaga gawang dalam olahraga handball.
Selain kemampuan teknisnya, Sommer berperan penting dalam menjaga ketenangan dan fokus mental tim selama pertandingan berlangsung. Dalam kondisi tertinggal 2-3 dan menghadapi gelombang tekanan, ia tidak menunjukkan kegugupan sedikit pun. Sommer tidak hanya menjaga gawang, ia sekaligus menjaga kepercayaan diri tim dalam laga penuh turbulensi.
Yann Sommer tidak memenangkan laga melawan Barcelona hanya dengan tangan dan kaki. Ia memenangkannya dengan otak, ketenangan, dan pengalaman bertahun-tahun di bawah mistar gawang. Saat sebagian besar kiper kehilangan arah oleh intensitas laga, dirinya justru menjadikannya sebagai panggung untuk menampilkan seni yang tak semua mata bisa lihat.