Manchester United musim ini berkali-kali kehilangan keunggulan saat memimpin, termasuk ketika menghadapi Nottingham Forest, Tottenham Hotspur, Fulham, dan West Ham United. Kekacauan itu hampir selalu muncul setelah pergantian pemain yang dilakukan Ruben Amorim, terutama ketika ia memilih pendekatan konservatif saat tim unggul. Dalam pertandingan melawan West Ham, 4 dari 5 perubahan yang ia lakukan berorientasi defensif, sekaligus menggambarkan kecenderungan untuk mengamankan skor lebih cepat dari yang diperlukan.
Keputusan memasukkan Leny Yoro, Patrick Dorgu, Manuel Ugarte, atau Lisandro Martinez memang dimaksudkan untuk menjaga keunggulan, tetapi kenyataannya malah mengurangi kapasitas ofensif dan menarik tekanan lawan makin dekat ke kotak penalti. Pergantian itu menyebabkan hilangnya kontrol permainan, terutama ketika MU semestinya memanfaatkan ruang yang ditinggalkan lawan yang mengejar gol. Laporan The Athletic memperlihatkan, MU lebih sering kebobolan setelah struktur permainan berubah menjadi terlalu bertahan dan kehilangan koneksi antara lini.
Amorim sendiri mengakui, tim sering kalah dalam duel second balls, sehingga ia merasa wajib menghadirkan profil pemain yang lebih kuat dalam perebutan bola. Namun, secara empiris, pergantian itu tidak menyelesaikan masalah karena MU tetap kebobolan dari situasi bola kedua, seperti yang terjadi ketika Soungoutou Magassa memanfaatkan bola liar dalam kotak penalti pada menit ke-83. Pola ini berulang di berbagai pertandingan, yang menandakan masalah kontrol bukan sekadar soal jumlah pemain bertahan, melainkan soal struktur dan ritme permainan yang rusak karena perubahan terlalu defensif.
Efek dari pendekatan tersebut memicu kritik dari berbagai pihak. Dilansir Sky Sports, Gary Neville menilai pergantian Amorim membuat MU membiarkan pertandingan menggantung tanpa kepastian. Roy Keane memberikan kritik yang lebih tajam usai laga lawan West Ham, menyebut keputusan pergantian itu prematur dan tidak mencerminkan ambisi tim sebesar Manchester United. Di sisi lain, para pendukung di media sosial mempertanyakan alasan Amorim tidak mempertahankan intensitas menyerang ketika tim justru membutuhkan gol kedua untuk mengamankan hasil.