gambar Che Guevara dan simbol tengkorak di tribun penggemar FC St Pauli (instagram.com/fcstpauli)
Saat pasukan FC St Pauli berlaga, spanduk-spanduk bernada kiri alias sosialis akan membanjiri tribun penonton. Gambar Che Guevara — pemimpin sosialis Kuba serta tengkorak dan tulang bersilang yang paling umum ditemukan. Beriringan dengan itu, slogan-slogan antifasisme, antirasisme, kesetaraan gender, dan pro-LGBTQ+ akan turut meramaikan tribun. Dalam bahasa anak muda masa kini, FC St Pauli cocok disebut klub SJW (social justice warrior) karena ide-ide progresif dan pro-HAM mereka.
Bukan hanya simbolisme belaka, mereka benar-benar mengaplikasikannya di dunia nyata. Menurut liputan Sebastian Stafford-Bloor untuk The Athletic, Presiden St Pauli saat ini adalah pria bernama Oke Gottlich yang merangkap sebagai jurnalis dan pemilik perusahaan label rekaman. Beberapa pemegang jabatan wakil presiden mereka pun perempuan, yakni Luise Gottberg, Hanna Obersteller, Christiane Hollander, dan Esin Rager. Sebelum Gottlich, jabatan presiden klub pernah dipegang Corny Litmann, seniman dan pebisnis yang secara gamblang menyatakan diri sebagai bagian dari komunitas LGBTQ+.
Merujuk media sosial mereka, St Pauli juga sering melakukan kegiatan amal dan bekerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) serta pengusaha lokal skala kecil hingga menengah. Untuk urusan jersey, klub kiri itu nekat tak bekerja sama dengan perusahaan besar. St Pauli membuat jenama aparel olahraga sendiri yang mereka namai DIIY. LSM Fair Wear yang bergerak meninjau skor keberlanjutan dan pertimbangan etika perusahaan garmen dunia, memberi perusahaan aparel milik St Pauli nilai 82 dari maksimal 206 poin. Itu sudah layak dapat kategori bagus karena telah memenuhi hampir semua kriteria Fair Wear.