Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Presiden FIFA, Gianni Infantino menerima tanda bintang jasa dari Presiden Jokowi (IDN Times/Ilman Nafi'an)
Presiden FIFA, Gianni Infantino menerima tanda bintang jasa dari Presiden Jokowi (IDN Times/Ilman Nafi'an)

Intinya sih...

  • FIFA dituding melanggar aturan netralitas politik dengan memberikan penghargaan perdana kepada Presiden AS Donald Trump.

  • FairSquare menyoroti dukungan terbuka Infantino kepada Trump dalam acara megah dan unggahan di media sosial.

  • Laporan FairSquare juga menyinggung masalah struktural di tubuh FIFA yang memberi ruang bagi presiden untuk bertindak semaunya.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Presiden FIFA Gianni Infantino kembali terseret kontroversi besar. Ia dituduh melanggar aturan netralitas politik organisasi setelah memberikan FIFA Peace Prize perdana kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump dalam acara undian Piala Dunia 2026 di Washington DC pekan lalu.

Kelompok hak asasi manusia FairSquare langsung mengajukan laporan resmi ke Komite Etika FIFA. Mereka menilai Infantino telah melakukan empat pelanggaran nyata terhadap kode etik netralitas yang seharusnya dijaga oleh federasi sepak bola dunia itu.

Gianni Infantino berjabat tangan dengan Erick Thohir pada saat mejelang Final U-17 World Cup 2023 (pssi.org).

Dalam surat pengaduannya, FairSquare menegaskan penghargaan yang diberikan Infantino kepada pemimpin politik aktif merupakan tindakan yang jelas bertentangan dengan kewajiban FIFA untuk tetap netral.

“Pemberian penghargaan semacam ini kepada pemimpin politik yang masih menjabat adalah pelanggaran jelas terhadap kewajiban netralitas FIFA,” tulis FairSquare, dikutip BBC.

FairSquare juga menyebut Infantino telah bertindak melampaui batas kewenangannya, karena membuat keputusan strategis tanpa mandat organisasi.

“Presiden FIFA tidak memiliki wewenang untuk secara sepihak menentukan misi, arah strategis, kebijakan, dan nilai organisasi,” kata FairSquare.

2. Dukungan terbuka Infantino kepada Trump

Presiden FIFA, Gianni Infantino (kiri) dan Ketua Umum PSSI, Erick Tohir (kanan) (fifa.com)

FairSquare menyoroti soal momen Infantino dan Trump tampil bersama dalam acara megah di Kennedy Center. Kala itu, Trump menerima trofi emas besar, medali, dan sertifikat. 

“inilah yang kami inginkan dari seorang pemimpin. Anda selalu bisa mengandalkan dukungan saya, pak Presiden,” ujar Infantino kala itu.

Selain itu, FairSquare juga menyoroti unggahan Infantino pada Oktober lalu. Menurut Infantino, Trump pantas mendapatkan penghargaan.

“Jelas pantas mendapatkan Nobel Peace Prize,” kata Infantino. Sebulan setelahnya, Infantino kembali menunjukkan dukungannya pada Trump dalam American Business Forum di Miami. 

“Kita semua harus mendukung apa yang dilakukan Trump di AS karena menurut saya itu terlihat cukup baik,” ujar Infantino.

Presiden Indonesia, Prabowo Subianto bertemu dengan Presiden FIFA, Gianni Infantino di sela-sela rangkaian Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat (dok.Istimewa)

Laporan FairSquare turut menyinggung video yang diunggah Infantino pada Januari setelah imenghadiri pelantikan Trump. Mereka menilai video tersebut menunjukkan dukungan terang-terangan terhadap agenda politik Presiden AS tersebut.

Direktur program FairSquare, Nicholas McGeehan, menegaskan persoalan ini jauh lebih luas dari sekadar pernyataan dukungan.

“Keluhan ini jauh lebih dari sekadar dukungan Infantino terhadap agenda politik Donald Trump,” ujar McGeehan.

Ia juga menyoroti masalah struktural di tubuh FIFA yang menurutnya memberi ruang bagi presiden untuk bertindak semaunya.

“Ini soal bagaimana struktur tata kelola FIFA yang absurd memungkinkan Infantino secara terbuka mengabaikan aturan organisasi dan bertindak dengan cara yang berbahaya serta bertentangan dengan kepentingan olahraga terpopuler di dunia,” beber dia.

Editorial Team