Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
twitter.com/AFCAjax

Jakarta, IDN Times - Di antara klub-klub yang berprestasi di Eropa, Ajax Amsterdam bisa dibilang klub yang paling sombong. Mereka selalu mengaku punya cara sendiri untuk meraih prestasi, tanpa harus mengikuti cara-cara klub lain. Apiknya lagi, mereka bangga dengan hal itu.

Musim ini, Ajax masih jadi salah satu klub yang patut diperhitungkan di Belanda dan juga Eropa. Di Eredivisie, Ajax menghuni peringkat pertama, mengungguli PSV dan Utrecht. Di Liga Champions, mereka jadi salah satu tim yang sudah memastikan tiket ke babak 16 besar.

Kebangkitan Ajax ini tak lepas dari metode yang mereka percayai. Mereka punya filosofi yang dipegang teguh, serta selalu diterapkan bahkan ketika para pemain masih bermain di akademi Ajax.

1. Semua berawal dari dasar, yakni akademi Ajax

twitter.com/AjaxYA

Tak bisa dimungkiri, akademi Ajax terbilang masyhur di dunia. Banyak bintang yang lahir dari sini, seperti Frank Rijkaard, Marco van Basten, Wim Kieft, Dennis Bergkamp, Patrick Kluivert, serta tentunya mendiang Johan Cruyff. Belum lagi generasi Frenkie de Jong dan Matthijs de Ligt sekarang.

Banyaknya talenta yang lahir dari akademi ini tak lepas dari sistem yang mereka terapkan. Dalam situs resmi akademi Ajax, disebutkan bahwa akademi Ajax jadi tempat pembiakan talenta-talenta masa depan. Mereka digembleng dengan kurikulum dan pelajaran khusus, sehingga tumbuh jadi pemain apik.

Jadi, para pemain di akademi Ajax menjalani latihan yang tidak jauh berbeda dengan tim utama. Ajax adalah tim yang menganut pakem dasar 4-3-3, dengan cara bermain yang atraktif, berorientasi pada serangan, kreatif, cepat, dan tentunya cair.

Dengan menerapkan sistem latihan yang sama, para pemain akademi yang nantinya menembus tim utama tidak butuh waktu lama menyesuaikan diri. Alhasil, Ajax dikenal sebagai tim yang sering mengandalkan talenta-talenta yang mereka didik. Nama-nama macam Cruyff dkk. adalah contoh bagaimana Ajax mengorbitkan bakat-bakat yang mereka asuh.

Intinya adalah, dengan menguasai dasar, maka hal-hal lain akan mengikuti dengan sendirinya. Di akademi, dasar ini diterapkan sedari dini. Masalah dasar ini nantinya terpapar oleh filosofi atau cara main lain, itu tergantung di mana lulusan Ajax ini bermain nantinya.

Sampai sekarang, ajaran Ajax ini tetap dipertahankan. Dengan ajaran macam ini, Ajax melawan sepak bola Eropa yang terus berubah dari waktu ke waktu. Ada masa mereka meraih prestasi, ada masa ketika mereka suram. Apiknya lagi, Ajax bangga akan ini.

2. Ajaran akademi sesuai dengan karakter bangsa

Editorial Team

Tonton lebih seru di