Melongok kemegahan stadion-stadion yang dipakai selama Piala Dunia 2022 memang membuat kita terhipnotis. Namun, di balik kemewahan dan kenyamanan yang dirasakan panitia, tim peserta, reporter, dan wartawan, ada jerih payah, keringat, bahkan darah para pekerja migran asal Asia Selatan.
Liputan Grid menyebut bahwa ada banyak kejanggalan yang terjadi selama proses konstruksi stadion sejak Qatar resmi ditunjuk sebagai tuan rumah Piala Dunia oleh FIFA pada 2010. Salah satunya praktik penyitaan sementara paspor pekerja untuk menghindari risiko pekerja pindah ke perusahaan lain atau mengundurkan diri. Ditambah kondisi kerja dan tempat tinggal mereka yang jauh dari kata layak.
Sebuah artikel dalam Jurnal Cardiology yang ditulis Pradhan dkk bahkan menemukan bahwa ada lebih dari 170 pekerja migran yang meninggal di Qatar tiap tahunnya pada 2009—2017. Penyebabnya dipicu oleh suhu udara yang sangat panas dan tidak adanya fasilitas pendingin udara di area kerja dan tinggal para pekerja.
Tak hanya kemegahan dan konsep briliannya yang patut diacungi jempol, jasa para pekerja konstruksi yang berkontribusi dalam kelancaraan penyelenggaraan pertandingan Piala Dunia 2022 juga harus diapresiasi. Hak-haknya mesti dipenuhi.