Tribun Celtic Park, markas Glasgow Celtic. (twitter.com/CelticFC)
Glasgow Celtic sendiri didirikan pada 1887 untuk membantu orang-orang miskin di bagian timur Glasgow. Dengan semangat tersebut, berbagai basis suporter The Celts pada beberapa momen memanfaatkan pertandingan untuk mendukung perjuangan keadilan sosial dan membuat pernyataan politik. Mereka sudah dikenal lama memiliki afiliasi dengan berbagai kelompok perjuangan di seluruh dunia, salah satunya perjuangan Palestina.
Manajemen klub sebenarnya sudah berkali-kali memperingatkan para suporter untuk tetap mematuhi peraturan UEFA dan FIFA, tetapi rupanya sering diabaikan. Pada 2014, UEFA menjatuhkan denda kepada Glasgow Celtic setelah para penggemar mengibarkan bendera Palestina selama pertandingan melawan KR Reykjavik. Green Brigade lagi-lagi mengibarkan bendera Palestina pada Kualifikasi Liga Champions Eropa 2016 saat melawan tim asal Israel, Hapoel Beer-Sheva, hingga klub harus membayar denda sebesar 8.600 pound sterling (Rp166 juta).
Kebijakan Glasgow Celtic untuk melarang suporter Green Brigade menghadiri pertandingan merupakan langkah yang cukup kontroversial. Di satu sisi, langkah ini dapat dilihat sebagai upaya klub untuk mematuhi peraturan UEFA dan FIFA serta menghindari sanksi lebih lanjut. Di sisi lain, langkah ini juga dapat dilihat sebagai bentuk pengekangan kebebasan berekspresi para suporter.