Giacomo Raspadori. (twitter.com/6ixSideCalcio)
Ketika nama Raspadori masuk ke dalam skuat Italia untuk Piala Eropa 2020, keraguan menyeruak. Kenapa harus Raspadori yang dipanggil, apalagi masih banyak pemain-pemain berpengalaman yang mengisi posisi lini depan? Apa yang dipikirkan Mancini?
Memang, secara individu, raihan Raspadori bersama Sassuolo musim ini tidak terlalu mentereng. Dari 28 laga yang ia jalani bersama Sassuolo di semua kompetisi, Raspadori hanya mampu menorehkan enam gol dan tiga asis. Namun, ada nilai lebih yang rupanya dilihat Mancini dari sosok Raspadori.
Bermain sebagai penyerang depan dalam skema dasar 4-2-3-1 Sassuolo-nya Roberto De Zerbi, Raspadori tidak cuma jadi pencetak gol semata. Menilik gaya permainannya, ia benar-benar mirip dengan legenda Serie A yang banyak main di Udinese, Antonio Di Natale.
Sadar bahwa fisiknya tidak terlalu tinggi, Raspadori lebih banyak mengandalkan teknik daripada kekuatan fisik. Ia lincah, andal dalam melakukan dribel, serta lihai dalam melakukan sentuhan bola. Kemampuannya inilah yang membuat dirinya kerap menemukan ruang di pertahanan lawan.
Bukan cuma itu, dengan kemampuannya ini juga, Raspadori kerap membuka ruang bagi para pemain lain. Alhasil, tidak heran Domenico Berardi dan Francesco Caputo mencetak banyak gol untuk Sassuolo di musim 2020/21. Ruang-ruang berhasil dibuat Raspadori untuk mereka berdua.
Jadi, Raspadori tidak cuma sekadar gol semata. Ia memang tajam, tetapi ia juga bisa menjadi pembongkar lini pertahanan lawan, terutama lawan-lawan yang menerapkan pertahanan rapat.