Meski musimnya cemerlang, Ekitike bukan tanpa kelemahan. Aspek finishing menjadi titik yang masih perlu perbaikan. Statistik Opta Analyst menunjukkan, ia mengalami underperformance terhadap expected goals (xG) hingga 3,9, bahkan mencapai 7,55 berdasarkan perhitungan WhoScored, menjadikannya striker dengan selisih xG terburuk di Bundesliga musim lalu.
Namun, di balik angka tersebut, tersimpan potensi besar. Ekitike adalah satu-satunya striker di lima liga top Eropa yang mencatat lebih dari 200 sentuhan di kotak penalti lawan serta membawa bola ke dalam area tersebut sebanyak 50 kali atau lebih dalam semusim. Dengan kata lain, ia memiliki kemampuan luar biasa untuk terus berada di area berbahaya, tinggal menunggu peningkatan ketenangan di depan gawang untuk benar-benar matang.
Wajar jika Eintracht Frankfurt membanderol sang pemain dengan harga 100 juta euro atau setara Rp1,8 triliun, meskipun struktur pembayarannya masih bisa dinegosiasikan. Klub-klub top seperti Chelsea, Liverpool, Manchester United, hingga Real Madrid dilaporkan tertarik untuk memboyong striker 23 tahun ini. Frankfurt pun percaya, nilai tersebut realistis mengingat pengalaman mereka menjual Randal Kolo Muani ke PSG seharga 95 juta euro Rp1,79 triliun) dan Omar Marmoush ke Manchester City senilai 75 juta euro (Rp1,4 triliun).
Hugo Ekitike, dalam waktu singkat, telah berevolusi dari pemain buangan PSG menjadi komoditas elite yang mengisi daftar belanja klub-klub besar Eropa. Dengan potensi yang masih terus berkembang, bukan tidak mungkin ia akan menjadi investasi paling menguntungkan pada bursa transfer musim panas 2025.