Meski dikenal sebagai sosok yang tak kenal lelah, wawancara ini memperlihatkan sisi lain Cristiano Ronaldo, sosok manusia yang perlahan belajar berdamai dengan waktu. Saat Morgan bertanya tentang rencana pensiun, Ronaldo menjawab lirih, “Segera, tetapi aku akan siap. Mungkin aku akan menangis.” Kalimat itu menyingkap sisi rapuh dari seorang yang selama ini tampak tak tersentuh oleh kelemahan. Ia mengakui, kendati telah mempersiapkan masa depan sejak usia 25 tahun, menghadapi akhir karier tetaplah sulit.
Ronaldo menegaskan, tidak ada hal yang bisa menggantikan adrenalin saat mencetak gol. Namun, ia juga menyadari pentingnya bab baru dalam hidupnya. Ia kini ingin lebih banyak menghabiskan waktu bersama keluarga, terutama untuk membimbing putranya, Cristiano Junior, yang tengah berkembang di akademi Al-Nassr dan tim nasional muda Portugal. Ia berbicara tentang keinginan menjadi sosok yang lebih hadir di rumah, sesuatu yang mungkin jarang bisa ia lakukan ketika hidupnya didedikasikan penuh untuk sepak bola.
Lebih lanjut, dalam wawancara itu, Ronaldo juga menyinggung statusnya sebagai miliarder. “Itu adalah tujuanku untuk mencapai angka tersebut,” katanya dengan tenang. Ia menegaskan, kekayaan bukan lagi obsesi, melainkan simbol dari kerja keras dan konsistensi. Dilansir The Athletic, dengan kontrak di Al-Nassr yang bernilai sekitar 492 juta pound sterling atau setara Rp10,725 triliun hingga 2027 dan berbagai bisnis di bawah merek CR7, Ronaldo telah menjelma sebagai ikon global yang melampaui lapangan hijau. Namun, di balik pencapaian materi itu, ia mengaku ingin hidup lebih sederhana, menikmati waktu dengan keluarga, dan menjelajahi minat baru seperti padel dan olahraga bela diri.
Wawancara ini memperlihatkan, Ronaldo kini menjadi pribadi yang ingin mencari makna, bukan lagi mengejar rekor. Ia tahu setiap karier memiliki ujung, dan tidak ada jumlah trofi kejuaraan atau kekayaan yang dapat menggantikan euforia mencetak gol. Akan tetapi, justru dari kesadaran itu, muncul sisi manusiawi yang jarang terlihat dari dirinya yang siap meninggalkan panggung dengan kepala tegak, tanpa kehilangan jati diri yang membuatnya selalu diingat.
Wawancara Cristiano Ronaldo bersama Piers Morgan kali ini menjadi refleksi masa panjang karier sepak bolanya. Ia telah bertransformasi dari ikon olahraga yang identik dengan kesempurnaan menjadi manusia yang berdamai dengan masa lalu dan bersiap menghadapi masa depan. Kejujuran tetap menjadi ciri khasnya, begitu pula keyakinan warisan sejati tidak diukur dari jumlah gol atau gelar juara, tetapi dari keberanian untuk tetap menjadi diri sendiri.