Alphonso Davies (twitter.com/WhitecapsFC)
Potensi Alphonso Davies mendapatkan perhatian dari segelintir orang. Salah satunya Free Footie, tim sepak bola amatir bagi anak SD di tempat tinggal Davies. Bahkan, ia mendapatkan tawaran untuk bergabung ke salah satu klub lokal, St Nicholas, untuk mengembangkan bakatnya.
"Ada sesuatu yang istimewa tentang anak ini (Davies). Dia memiliki kaki yang sangat cepat dan kecepatan yang mumpuni. Aku tahu itu adalah sesuatu yang istimewa pada usianya yang masih muda," ujar Bossio, pelatih St Nicholas, seperti dikutip laman resmi Bundesliga.
Bergabung ke St Nicholas menjadi babak baru bagi hidupnya. Davies yakin sepak bola bisa membantu kehidupan keluarganya. Ia pun bekerja keras demi mewujudkan impiannya sebagai pesepak bola profesional.
Usahanya tak sia-sia. Memasuki usia 14 tahun, Davies resmi terdaftar dalam residensi program Vancouver Whitecaps. Talentanya tereksplorasi dengan baik sehingga sukses membuat sejarah besar di Major League Soccer (MLS) di Amerika Serikat.
Vancouver Whitecaps mengontraknya pada 2015. Pada awalnya, orangtua Davies tak mengizinkannya lantaran takut dirinya tersesat. Terlebih jarak Vancouver sekitar 1.000 kilometer dari tempat tinggalnya.
"Dia (ibu Davies) takut, seperti biasa bagi para orangtua, bahwa aku mungkin bertemu orang yang salah dan putus sekolah," ungkap Alphonso Davies di laman resmi Bayern Muenchen.
Meski begitu, Davies tetap pergi demi impian yang ia kejar selama ini. Keputusan itu berbuah manis. Davies berkembang jadi salah satu aset potensial di MLS.
Ia mencatatkan rekor sebagai pemain pertama kelahiran 2000-an yang tampil di MLS bersama Vancouver pada 2015. Saat itu, usianya masih 15 tahun 8 bulan 15 hari.