Dia pun mengambil keputusan untuk melarikan diri ke ibukota Iran, Tehran guna mencari klub yang lebih besar. Dengan meminjam uang dari keluarganya dia naik bus ke Tehran.
Dalam bis itulah dia bertemu dengan seorang pelatih sepak bola, Hossein Feiz yang melatih klub lokal - yang menjanjikan dirinya bisa ikut berlatih. Namun ia harus membayar uang sebesar sekitar 550 ribu, sesuatu yang tidak dimilikinya saat itu demikian juga tempat tinggal.
Dia kemudian tidur di sekitar Azadi Tower, dimana banyak orang miskin berkumpul. Sang pelatih kemudian setuju mengizinkan Alireza Beiranvand berlatih bersama klub tanpa harus membayar dan bahkan meminta kapten klub untuk membantu dirinya.
Dia pun tinggal di rumah rekan barunya ini selama dua minggu dan mulai bekerja di sebuah pabrik baju yang dimiliki oleh ayah dari pemain lainnya. Ini membuatnya bisa tidur di sana.
Dia melanjutkan pekerjaannya di sebuah pencucian mobil dan karena tinggi badannya dia ditugaskan khusus mencuci mobil SUV. Sempat terjadi kejadian menarik saat pemain terkenal Iran saat itu Ali Daei datang untuk mencuci mobilnya dan rekan-rekan Alireza Beiranvand mendorongnya untuk meminta bantuan dari pemain yang saat itu bermain untuk Bayern Munich. Namun tidak dilakukannya karena merasa malu dengan situasinya.
Karier di sepak bola berlanjut dengan pindah ke klub Naft-e-Tehran yang juga menawarkan akomodasi di masjid klub tersebut. Namun karena tidak bisa tidur dia kemudian melamar pekerjaan di sebuah toko pizza tanpa sepengetahuan sang pelatih di klub barunya.
Menariknya, saat sang pelatih hendak membeli pizza, sang kiper yang berusaha menyembunyikan dirinya justru dipaksa untuk melayani sang pelatih - yang membuatnya terpaksa mengundurkan diri dari pekerjaan tersebut beberapa hari kemudian. Dia pun melanjutkan pekerjaan sebagai penyapu jalanan di malam lain yang menguras tenaganya.