Jean-Michel Aulas pada seremoni perpisahan dengan Olympiqu Lyon. (instagram.com/ol)
Tanda-tanda kemunduran Lyon sudah tampak sejak beberapa tahun lalu ketika masih berada di bawah komando Jean-Michel Aulas. Aulas datang ke Lyon sejak 1987 dengan ide-ide segar. Reformasi akademi sepak bolanya berhasil menelurkan nama-nama prominen, seperti Karim Benzema, Hatem Ben Arfa, Nabil Fekir, dan Corentin Tolisso. Terbaru, mereka juga mengorbitkan beberapa bintang macam Rayan Cherki, Bradley Barcola, dan Malo Gusto.
CIES Football Observatory pada 2020/2021 bahkan menempatkan akademi sepak bola Lyon pada peringkat tiga terbaik (hanya kalah dari Barcelona dan Real Madrid) di seluruh 5 liga top Eropa. Data terbaru dari CIES pada Februari 2023 menunjukkan bahwa Lyon tergeser beberapa tim besar lain. Salah satunya rival terberat mereka di liga domestik, Paris Saint-Germain.
Beberapa pihak mulai menyoroti pendekatan bisnis Aulas yang dianggap konservatif alias kolot. Saumy Tripathi dari Foot The Ball menyoroti ketergesaan Aulas menjual pemain bintangnya dan memaksa pelatih untuk mempromosikan pemain muda jebolan akademi ke tim utama. Adam White dari The Guardian pun mengamininya dan menganggap ada ketidakberesan dalam kebijakan scouting Olympique Lyon.
Hal tersebut bertolak belakang dengan tim sepak bola perempuan mereka yang berjaya di liga domestik dan regional. Sejak mengakuisisi tim sepak bola perempuan FC Lyon, Aulas dipuji karena berhasil menciptakan kesetaraan perlakuan antara tim perempuan dan tim pria. Namun, tak bisa dimungkiri pesaing mereka di ranah sepak bola pria jauh lebih inovatif dan berani.
Melihat pola perekrutan mereka di bawah Aulas, setidaknya pada 2000--2010-an, Lyon tampak konservatif dan kurang oportunis. Berbeda jauh dengan PSG, Stade Reims, AS Monaco, dan Olympique Marseille yang jauh lebih agresif dan berani mengambil risiko. Ini masih ditambah kehadiran investor-investor baru, seperti BlueCo di RC Strasbourg dan RedBird Capital di Toulouse FC yang membuat Ligue 1 semakin kompetitif. Walau budget belanja besar tidak selalu berbanding lurus dengan performa tim, Lyon beberapa kali diuntungkan dengan kehadiran pemain yang mereka tarik dari klub lain, seperti Florent Malouda, Dejan Lovren, Ederson, Hugo Lloris, dan Bruno Guimaraes.