Ini sedikit mengherankan sebenarnya, sebab, sebelum laga ini, Liverpool adalah tim yang paling sedikit kebobolan di liga dengan catatan hanya kemasukan 8 gol saja. Di laga sebelumnya kontra Arsenal pun, duet Virgil van Dijk dan Dejan Lovren juga tampil cukup disiplin, walau kecolongan satu gol.
Contoh nyata, di babak pertama yang berakhir 4-1 itu untuk keunggulan Liverpool, penyerang utama Arsenal, Pierre-Emerick Aubameyang, hanya menyentuh bola sebanyak 6 kali saja, di mana 4 kali di antaranya adalah dari sepak mula tiap kebobolan!
Namun di hadapan City, ketangguhan lini belakang The Reds benar-benar dieksploitasi. Gol pertama, tentu, keteledoran Lovren dalam melakukan marking kepada Aguero tak bisa diabaikan. Tapi, pressing Liverpool juga kurang sigap dalam mengadang umpan silang Bernardo Silva. Situasi itu sendiri terjadi setelah umpan silang pertama dari Aymeric Laporte bisa diantisipasi van Dijk.
Gol kedua City yang dicetak Leroy Sane juga menunjukkan keteledoran itu, yang sial bagi Lovren, semua diinisiasi olehnya. Ketika Raheem Sterling berlari ke arah pertahanan Liverpool, sebenarnya, situasi itu bisa segera diredam sebelum masuk final third. Tapi, alih-alih coba mengadang laju lari Sterling, Lovren justru mengikuti arah lari van Dijk dan baru mencegah Sterling ketika ia sudah di final third.
Aguero yang sudah sukses menarik perhatian Trent Alexander-Arnold, membuat Sane di sisi kiri lepas tanpa kawalan. Sodoran Sterling ke Sane kemudian berujung pada gol kedua City yang mengunci tiga angka.