Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bola berlogo LaLiga Spanyol
ilustrasi bola berlogo LaLiga Spanyol (unsplash.com/Vikram TKV)

Intinya sih...

  • Asal-usul Beckham LawPemerintah Spanyol menerbitkan Royal Decree 687/2005 untuk menarik tenaga kerja asing berketerampilan tinggi. Aturan ini diperkenalkan pada 2003 ketika David Beckham pindah ke Real Madrid.

  • Sistem kerja Beckham LawBeckham Law memperbolehkan orang asing untuk dikenai pajak sebagai non-residen meskipun secara fisik tinggal di Spanyol. Tarif pajaknya hanya 24 persen untuk penghasilan yang diperoleh di Spanyol.

  • Dampak besar untuk LaLiga dan masyarakat SpanyolKeringanan dari Beckham Law membuat Spanyol menjadi magnet bagi pesepak bola dan pekerja profesional mancanegara. Namun, aturan ini juga memunculkan ketimpangan antara klub-

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

David Beckham merupakan sosok hebat dan populer saat masih aktif berkarier sebagai pesepak bola. Ia pernah membela sejumlah klub besar di berbagai negara, termasuk Real Madrid di Spanyol. Ia menetap bersama Los Galacticos selama 4 tahun (2003—2007) dan pernah meraih juara LaLiga Spanyol pada 2006/2007.

Meskipun hampir 20 tahun meninggalkan Spanyol, Beckham masih memberi jejak untuk LaLiga saat ini, khususnya bagi para pesepak bola asing. Ketenaran yang ia bawa pada 2003 berhasil mengubah kebijakan pajak yang kontroversial menjadi lebih menguntungkan. Kebijakan itu, kini dikenal dengan nama Beckham Law.

1. Asal-usul Beckham Law

Pada awal 2000-an, pemerintah Spanyol ingin menarik lebih banyak tenaga kerja asing berketerampilan tinggi untuk tinggal dan bekerja di negara mereka. Untuk mendukung hal tersebut, Spanyol menerbitkan Royal Decree 687/2005. Dekrit tersebut menetapkan rezim pajak khusus yang memberi keuntungan bagi pekerja non-residen yang memilih pindah dan berdomisili di Spanyol.

Peraturan ini diperkenalkan pada 2003, ketika David Beckham pindah ke Real Madrid. Saat itu, banyak yang menyoroti kemungkinan adanya keuntungan pajak bagi para pemain asing. Meski begitu, aturan resminya baru diberlakukan pada 2005. 

Saat aturan tersebut mulai dikenal publik, Beckham hadir sebagai salah satu sosok pertama yang merasakan manfaat dari kebijakan tersebut. Karena hal tersebut, media pun sering menyebut aturan ini sebagai Beckham Law. Padahal, kebijakan ini memiliki nama resmi Regimen fiscal especial para trabajadores desplazados a territorio espanol (Regimen Pajak Khusus Tenaga Kerja Asing).

2. Sistem kerja Beckham Law

Secara sederhana, Beckham Law memperbolehkan orang asing untuk dikenai pajak sebagai non-residen meskipun secara fisik tinggal di Spanyol. Dengan status ini, individu hanya membayar pajak atas penghasilan yang diperoleh di Spanyol. Sedangkan, penghasilan global non-Spanyol tidak masuk dalam hitungan pajak.

Tarif pajaknya pun sangat menggiurkan, yakni hanya 24 persen pajak tetap untuk penghasilan yang diperoleh di Spanyol. Angka ini jauh lebih rendah dibanding tarif progresif penduduk tetap yang bisa melewati 45 persen. Aturan tersebut berlaku selama 6 tahun pertama setelah seseorang pindah domisili ke Spanyol.

3. Dampak besar untuk LaLiga dan masyarakat Spanyol

Keringanan yang didapat dari Beckham Law membuat Spanyol menjadi magnet bagi pesepak bola dan pekerja profesional mancanegara. Klub pun diuntungkan, karena tidak perlu memberi gaji bruto sebesar klub-klub top Eropa. Dengan kata lain, baik pemain maupun klub, mereka sama-sama diuntungkan oleh skema ini.

Beckham Law jelas memberikan keunggulan kompetitif yang signifikan. Real Madrid, Atletico Madrid, dan Barcelona bisa merekrut banyak bintang dunia tanpa terbebani biaya pajak yang besar. Hal tersebut berpengaruh terhadap bisnis dan citra LaLiga sebagai salah satu liga top dunia.

Namun, kebijakan ini juga memunculkan ketimpangan. Sebab, klub-klub kecil tidak memiliki kapasitas keuangan untuk memanfaatkan aturan ini secara maksimal. Di sisi lain, masyarakat Spanyol mengkritik kebijakan ini karena menganggap Beckham Law terlalu menguntungkan pekerja asing. Sedangkan, rakyat Spanyol dirugikan karena terbebani fiskal yang tinggi.

4. Revisi dan pengetatan regulasi

Pada puncak popularitas Beckham law, sekitar 2009–2010, tekanan politik dan sosial memuncak. Banyak pihak menilai aturan ini terlalu menguntungkan pesepak bola ketimbang profesional lain yang notabene menjadi sasaran kebijakan awal. Oleh karena itu, revisi berupa pengetatan regulasi diberlakukan.

Akhirnya, pada 2010, pemerintah Spanyol memutuskan untuk merevisi regulasi. Mulai 1 Januari 2010, penghasilan di atas 600 ribu euro (Rp11,51 miliar) per tahun tidak lagi memenuhi syarat mendapatkan tarif pajak tetap sebesar 24 persen. Alhasil, pesepak bola dan selebriti pun terkena tarif pajak progresif hingga 45 persen. 

Pada 2025, Beckham Law kembali diperketat. Pajak progresif yang tadinya berada di angka 45 persen (2010), kini naik menjadi 47 persen. Hal tersebut mengakhiri era keistimewaan fiskal yang sempat membuat LaLiga dominan dalam bursa transfer.

Meski tak lagi sekompetitif dulu, Beckham Law meninggalkan jejak mendalam di sejarah sepak bola Spanyol. Tahun 2005—2010 menjadi periode emas yang memicu ledakan popularitas LaLiga secara global. Sebab, banyak klub besar mudah mendatangkan pemain top dan menciptakan persaingan sengit dengan English Premier League.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team