Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi tulisan Juventus
ilustrasi tulisan Juventus (unsplash.com/MariaBobrova)

Intinya sih...

  • Vlahovic mencetak gol secara inkonsisten di Serie A, tidak pernah mencapai 20 gol per musim.

  • Permintaan gaji Vlahovic yang terlalu tinggi membuat klub-klub besar Eropa mundur dari negosiasi.

  • Vlahovic ingin menuntaskan kontraknya di Juventus dan pindah dengan status bebas transfer, meskipun fans merasa sikapnya egois.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Nasib Dusan Vlahovic belum menemui kejelasan menjelang penutupan bursa transfer musim panas pada 1 September 2025. Juventus berniat menjualnya dan tidak memperpanjang kontrak yang tersisa setahun lagi. Namun, belum ada klub-klub Eropa atau Saudi Pro League yang benar-benar serius bernegosiasi dengan Juventus untuk mendatangkan Vlahovic. Meski La Vecchia Signora rela menurunkan harga jualnya, tetapi sang pemain masih sepi peminat.

Padahal, kualitas Vlahovic sebagai striker dan kemampuan teknisnya tidak perlu diragukan. Ia secara konsisten mencetak dua digit gol di Serie A Italia sejak 2022/2023. Usia sang pemain masih tergolong muda, yaitu 25 tahun.

Lantas, kenapa Dusan Vlahovic tidak kunjung laku menjelang penutupan bursa transfer musim panas pada 1 September 2025?

1. Meski mencetak dua digit gol di Serie A, tetapi performa Vlahovic cenderung inkonsisten

Dusan Vlahovic memang menorehkan total dua digit gol di Serie A bersama Juventus sejak 2022/2023. Namun, ia tidak pernah mencapai 20 gol per musim. Vlahovic paling banyak mencetak 16 gol dalam 33 pertandingan Serie A pada 2023/2024. Selain itu, ia hanya mencetak 10 gol dari 27 penampilan pada 2022/2023 dan 29 laga pada 2024/2025. Padahal, Juventus membelinya dari Fiorentina dengan harga mahal sebesar 75 juta euro Rp1,4 triliun pada Januari 2022.

Ia ketika itu digadang-gadang bakal menjadi striker top Eropa menyamai level Erling Haaland dan Kylian Mbappe. Awalnya, Vlahovic menjadi bagian penting dalam proyek jangka panjang klub. Namun, performanya cenderung inkonsisten dalam 3,5 tahun. Maka dari itu, La Vecchia Signora berniat menjual Vlahovic dan mencari opsi lain untuk posisi striker.

Inkonsistensi performa Vlahovic tentu menjadi salah satu pertimbangan klub-klub besar Eropa. Kapasitasnya sebagai striker tajam mulai diragukan. Terlebih lagi, Vlahovic merupakan tipe striker nomor 9 klasik yang lebih sering berada di area kotak penalti dan tidak banyak terlibat dalam membangun serangan. Sementara itu, gaya permainan klub-klub besar Inggris, Spanyol, dan Jerman menuntut striker turun ke lini tengah, terlibat dalam membangun serangan, dan membuka ruang bagi rekan-rekannya.

2. Permintaan gaji yang terlampau mahal tidak sesuai dengan performanya di atas lapangan

Masalah utama Juventus kesulitan menjual Dusan Vlahovic adalah permintaan gaji kepada klub peminat. Juventus rela menurunkan harga jual striker asal Serbia itu menjadi 25 juta euro atau Rp473 miliar dan bisa turun sampai 20 juta euro atau Rp379 miliar. Harga tersebut sangat jauh dibanding ketika Juventus membelinya dari Fiorentina yang mencapai 75 juta euro atau Rp1,4 triliun.

Beberapa klub Eropa dan Saudi Pro League sempat memberikan penawaran kepada Juventus. Namun, Vlahovic justru meminta gaji yang terlalu tinggi dengan tidak kurang dari 10 juta euro atau Rp189 miliar per tahun. Nilai tersebut terlalu tinggi untuk pemain yang tampil inkonsisten selama 3,5 tahun bersama Juventus.

Alhasil, klub-klub besar Eropa, seperti Manchester United dan AC Milan, memilih mundur. Klub Saudi Pro League, Al-Ahli, sebenarnya menyanggupi permintaan gaji Vlahovic. Akan tetapi, sang pemain bersikeras ingin tetap berkarier di Eropa. Hal tersebut membuat petinggi Juventus kesulitan menjual Vlahovic pada bursa transfer musim panas 2025.

3. Vlahovic tetap ingin menghabiskan kontraknya di Juventus dan pindah dengan bebas transfer

Dusan Vlahovic bersikeras ingin menuntaskan kontraknya bersama Juventus yang habis pada Juni 2026. Hal tersebut tidak lepas dari perjanjian antara sang pemain dengan manajemen Juventus terkait klausul kenaikan gajinya saat memasuku 2 tahun terakhir dari sisa kontraknya. Dilansir ESPN, Vlahovic awalnya mendapat gaji kotor total 14 juta euro atau Rp265 miliar per musim. Nilai tersebut akan bertambah menjadi 24 juta euro atau Rp454 miliar ketika sang pemain memasuki 2 tahun terakhir dari sisa kontraknya. Artinya, Vlahovic akan menerima gaji bersih sebesar 12 juta euro atau Rp227 miliar setelah pajak per musim sejak 2024/2025.

Juventus sempat mempertimbangkan mengakhiri kontrak dengan sang pemain pada musim panas 2025. Namun, La Vecchia Signora harus membayar 10 juta euro atau Rp189 miliar kepada Vlahovic sebagai kompensasi pemutusan kontrak. Hal tersebut tetap merugikan Juventus mengingat kondisi keuangan yang sedang tidak stabil. Vlahovic sendiri bersikeras ingin mendapatkan gaji bersih 12 juta euro sesuai perjanjian kontrak dan pergi dengan status bebas transfer agar mendapatkan signing fee secara utuh.

Meski begitu, sang pemain menunjukkan sikap profesional dengan tetap datang latihan dan siap dimainkan jika pelatih Juventus, Igor Tudor, membutuhkannya. Namun, fans Juventus tidak senang dengan sikap Vlahovic yang dinilai egois dan mata duitan. Tudor membela sang pemain dengan meminta fans agar tidak menghujatnya saat pertandingan. Ia menyebut situasi di luar lapangan tidak mempengaruhi profesionalisme Vlahovic sebagai pemain.

Masalah Dusan Vlahovic di Juventus yang cukup kompleks membuat kedua belah pihak menemui jalan buntu. Hal tersebut tidak lepas dari keputusan Juventus yang kala itu mengikat kontrak Vlahovic dengan perjanjian kenaikan gaji dalam 2 tahun terakhirnya terlepas performa di atas lapangan. Solusi untuk masalah ini sebenarnya bisa terselesaikan jika Vlahovic mau menurunkan gaji kepada klub peminat. Akan tetapi, sang pemain bersikeras ingin digaji bersih tidak kurang dari 10 juta euro per musim.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team