Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi jersey Manchester United (pexels.com/BibeshManandhar)
ilustrasi jersey Manchester United (pexels.com/BibeshManandhar)

Intinya sih...

  • Performa MU buruk dengan 4 kemenangan, 3 seri, dan 8 kekalahan dalam 15 pertandingan di EPL.
  • Amorim menerapkan sistem permainan baru yang tidak berjalan baik, disertai performa buruk dan inkonsisten para pemain.
  • Kekurangan stok pemain akibat cedera dan dilepasnya beberapa pemain inti menjadi masalah utama bagi MU.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Performa Manchester United masih belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan setelah seri 2-2 menghadapi Everton pada pekan 26 English Premier League (EPL) 2024/2025. Kedatangan Ruben Amorim sebagai pelatih baru belum membuahkan hasil positif sejak Oktober 2024. Rekornya di EPL cukup buruk, yaitu 4 kemenangan, 3 seri, dan 8 kekalahan dalam 15 pertandingan. Jumlah kekalahan lebih banyak daripada hasil seri dan menang bukan torehan yang baik bagi klub sebesar Manchester United.

Parahnya lagi, MU kini menduduki peringkat ke-15 dengan perolehan 30 poin hasil dari 8 kali menang, 6 kali seri, dan 12 kali kalah dari 26 pertandingan. Berbagai masalah terus menghampiri dari dalam dan luar lapangan. Lantas, kenapa performa Manchester United tidak kunjung bangkit di bawah asuhan Ruben Amorim? Berikut analisisnya.

1. Ketidakcocokan sistem permainan Amorim dengan kualitas pemain MU

Ruben Amorim menerapkan sistem permainan yang berbeda dengan pelatih MU sebelumnya. The Red Devils selalu memainkan formasi 4-2-3-1 atau 4-3-3 dari era kepelatihan David Moyes sampai Erik ten Hag. Akan tetapi, Amorim memainkan skema tiga bek dalam formasi 3-4-3 dengan variasi 3-4-2-1 saat menyerang dan 5-3-2 kala bertahan. Amorim memiliki rekam jejak positif saat menerapkan sistem permainan tersebut kala melatih Sporting Lisbon. Namun, skema permainan ini tidak begitu berjalan di MU.

Dilansir laman resmi Premier League, formasi 3-4-2-1 ketika menyerang sering berubah menjadi 3-1-5-1 yang membuat celah di lini tengah begitu besar dan jarak antarpemain menjadi jauh. Situasi ini seringkali dimanfaatkan tim lawan untuk mengeksploitasi lini tengah Manchester United dengan menumpuk lebih banyak pemain di lini tengah. Ketika MU menguasai bola dan mendapat tekanan dari lawan, mereka kesulitan untuk mengatasinya. Sebab, jarak antarpemain jauh sehingga bola mudah direbut dan rentan terkena serangan balik.

2. Performa buruk dan inkonsisten para pemain

Salah satu yang membuat sistem permainan Amorim tidak berjalan, yaitu performa buruk dan inkonsisten para pemain MU. Mereka seringkali membuat kesalahan fatal yang berujung gol. Selain itu, para penyerang MU juga menyia-nyiakan peluang emas mencetak gol di depan gawang. Seperti yang terjadi dalam kekalahan MU 0-1 dari Tottenham Hotspur di pekan 16 EPL pada 16 Februari 2025. Sepakan Alejandro Garnacho malah melayang jauh ke tribun penonton ketika berhadapan 1 lawan 1 dengan kiper Tottenham, Guglielmo Vicario, di kotak penalti.

Ditambah lagi, performa dua striker MU begitu buruk di EPL pada 2024/2025. Joshua Zirkzee baru mencetak 3 gol dari 26 laga, sedangkan Rasmus Hojlund baru menorehkan 2 gol dalam 21 pertandingan EPL per pekan 26. Situasi makin rumit ketika Marcus Rashford dan Antony tampil begitu buruk pada paruh pertama 2024/2025. Mereka akhirnya dilepas dengan status pinjaman pada Januari 2025. Hanya Amad Diallo yang bermain cukup impresif dengan torehan 9 gol dan 7 assist dalam 36 laga di semua kompetisi pada 2024/2025.

Masalah lainnya, yaitu lini tengah yang sering dieksploitasi. Dilansir Fotmob, Casemiro kehilangan penguasaan bola 10 kali dan hanya mencatat 3 dribel sukses. Akurasi operannya juga hanya menyentuh 81 persen. Selain Casemiro, Kobbie Mainoo, Manuel Ugarte, Christian Eriksen, dan Bruno Fernandes juga kerap kali tampil inkonsisten. Lini belakang MU tidak kalah buruk. Andre Onana sudah melakukan 3 blunder berujung gol dan kebobolan 37 gol. 

3. Krisis pemain akibat cedera dan dipinjamkan kepada klub lain

Ruben Amorim tidak mampu berbuat banyak ketika manajemen MU tidak melakukan langkah antisipasi dengan mendatangkan beberapa pemain baru pada bursa transfer musim dingin 2025. Manchester United melepas tiga pemain untuk menjalani masa peminjaman, antara lain Marcus Rashford, Antony, dan Tyrell Malacia. Sebelumnya, MU meminjamkan Jadon Sancho kepada Chelsea serta menjual Mason Greenwood, Scott McTominay, dan Aaron Wan-Bissaka, pada bursa transfer musim panas 2024.

Manchester United juga kehilangan beberapa pemain akibat cedera, seperti Mason Mount, Amad Diallo, Luke Shaw, dan Jonny Evans. Akibatnya, Amorim tidak punya banyak opsi. Ia bahkan harus memasukkan nama-nama pemain muda minim pengalaman, seperti Chido Obi-Martin, Ayden Heaven, dan Sekou Kone, dalam daftar pemain cadangan saat seri 2-2 menghadapi Everton di pekan 26 pada 22 Februari 2025.

Ketiga faktor di atas menjadi masalah utama yang dihadapi MU pada paruh kedua 2024/2025. Sistem permainan 3-4-3 ala Ruben Amorim tidak berjalan dengan baik seiring buruk dan inkonsisten performa para pemain. Parahnya lagi, Amorim tidak memiliki banyak opsi akibat minim stok pemain. Badai cedera serta dilepasnya sebagian pemain inti pada bursa transfer musim panas 2024 dan dingin 2025 tidak diantisipasi dengan baik oleh manajemen MU. Jika situasinya terus seperti ini, bukan tidak mungkin MU akan mengukir sejarah kelam dengan terdegradasi dari EPL pada akhir 2024/2025.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team