Prestasi instan Granada sebenarnya diawali dari perubahan radikal ketika berkutat di divisi Segunda. Diego Martinez, usai Granada degradasi, ditunjuk untuk menjadi arsitek. Dari sini, revolusi Granada dimulai.
Martinez melakukan sejumlah pembenahan di berbagai sektor. Bersama seluruh stafnya, Martinez langsung memperbaiki proses perekrutan pemain, mencari identitas permainan, hingga sistem akademi di Granada.
Dua tahun, proses itu membuahkan hasil. Hingga akhirnya, di musim ini, Granada mencatatkan prestasi di Liga Europa.
"Mereka mengubah segalanya. Mereka melakukan revolusi di lingkup internal. Klub berkembang di bawah arahan Martinez dan menumbuhkan kepercayaan di ruang ganti," kata striker Granada, Roberto Soldado, dilansir Daily Mirror.
Martinez mencari identitas permainan Granada sesuai dengan materi yang dimiliki. Dari pengamatannya, permainan dengan bertumpu pada kekuatan fisik, cocok buat Granada. Benar saja, semua perubahan itu mulai dirasakan hingga sekarang.
Granada kini harus membuktikan diri, kelolosan ke perempat final bukan faktor hoki semata. Patut dinantikan, apakah keajaiban mereka berlanjut, atau justru MU mampu menghentikannya.